Mohon tunggu...
Heart Light
Heart Light Mohon Tunggu... Mahasiswa - Heart Light🍓

Simple girls 🌷🍀 🌷and be my self Life is Love❤️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjuangan Hidup

22 Oktober 2021   05:00 Diperbarui: 22 Oktober 2021   05:12 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terik matahari tak menghalangi seorang ibu dan kedua anak lelakinya berjalan. Bersama gerobak kecil dari kayu yang menemani mereka. Lalu apa yang dicari mereka?

T erik matahari menyengat kulit, aku pun berdiri di bawah pohon sembari memarkir motor, sambil menunggu sahabat yang tak muncul. Ku scroll hp, melihat postingan dan info di medsos hp. 

Tiba-tiba mataku mengembara, terpana memandang sang ibu membawa gerobak kecil. Tak bekedip mata ini, ketika melihat dalam gerobak terdapat dua anak laki-laki. 

Kukira mereka kembar, sebab tingginya hampir sama, ternyata kakak beradik. Mereka seperti sekitar usia 3 tahunan. Hatiku iba, di siang yang begitu terik, berada di luar. Aku saja merasa kepanasan dan haus. Apalagi mereka yang masih kecil.

Gerobak kayu itu berhenti di depan tempat sampah sebuah rumah. Lalu ibu itu mencari-cari sesuatu dan anak kecil itu mengikuti sang ibu. Anak yang besar membawa bungkusan kresek yang letaknya di luar bak sampah, namun oleh sang ibu disahut. Bungkusan itu dikembalikannya. 

Rasa penasaranku menjadi bertambah, "lalu apa yang di cari oleh sang ibu? Apakah sang ibu bekerja mengambil sampah?" Namun tak ada barang apapun yang diangkut.

Mata dan pandanganku tak mau beralih darinya. Kemudian kedua anak kecil itu mengikuti sang ibu yang berjalan. Mereka berhenti di rumah berikutnya. Terlihat ibu itu sumringah mengangkat botol dan beberapa kaleng bekas. 

"Owhh ternyata yang dicari botol dan kaleng bekas." Sang kakak membantu memasukkan kaleng ke dalam gerobak itu. Dan sang adik terlihat duduk di tepian jalan.

Setelah tak ada yang dicari, si adik digendong sang ibu, lalu dimasukkan ke dalam gerobak. Sang kakak, spontan masuk sendiri ke dalam gerobak. 

"Mungkin capek adik tadi, sampai duduk di jalan" pikirku sambil melihat aksi mereka.  

"Mengapa sampai siang-siang begini masih mencari botol dan kaleng bekas?" banyak pertanyaan yang tak ada jawabannya.

Mataku masih mengikuti mereka, dimana gerobak itu di dorong ke rumah sebelah berikutnya.

Image: dekoruma.com
Image: dekoruma.com

"Udah nunggu lama ya?" tanya Dian dengan wajah ayunya.

Sapaan itu, mengagetkan dan membuyarkan fokus pada ibu pembawa gerobak. "Lumayan garing," jawabku yang agak tak fokus.

"Kamu nggak papa kan?" tanya Dian meyakinkan, yang melihatku bengong.

"Aku Cuma bingung aja," kataku sambil tangan kanan spontan menunjuk ibu itu.

"Owhh ... itu bu Suparmi yang rumahnya tak jauh dari sini. Dia memang mencari botol dan kaleng bekas setiap harinya. Kadang para tetangga dan kami di rumah, selalu menyisakan barang-barang itu untuk di beri padanya. Jadi kami memilah mana yang di kasih ke pak Mamat, yang mengambil sampah di komplek ini dan mana untuk bu Suparmi," jelas Dian sambil menatap bu Suparmi di kejauhan.

"Hebat sekali perjuangan bu Suparmi. Tapi aku kasian dengan anak-anaknya yang masih kecil, ikut bekerja panas-panas gini," kataku merasa iba melihat dua anak kecil yang kelelahan itu.

"Bu Suparmi betul-betul ibu yang tangguh. Dia mau membantu suaminya, pak Mamat untuk bekerja. Biasanya, dia mengambil barang-barang itu pagi hari. 

Namun kalau siang begini, biasanya diminta membantu tetangga untuk cuci-cuci atau bersih-bersih rumah. Memang anak-anaknya selalu ikut karena tak ada yang jaga di rumah," kata Dian menjelaskan bagaimana perjuangan bu Suparmi.

"Aku merasa terharu dengan perjuangan keluarga mereka. Semoga mereka selalu diberikan kesehatan serta rejeki, agar bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Aku yakin dua tole itu, akan jadi anak yang tangguh dan pintar nantinya," kataku mengucapkan doa terbaik buat mereka. 

Aku juga berharap, mereka segera mendapatkan barang yang dicari sehingga bisa pulang dengan membawa rejeki.

"Yukk kita jalan. Udah bawa helm?" tanyaku, mengajak Dian segera berangkat.

"So pasti lah ... Yukk, keburu ditunggu teman-teman yang lain," kata Dian yang siap duduk di jok.

Motor pun melaju ke jalanan, di mana kami akan mengadakan rapat untuk persiapan acara kampus. 

 Akulah Nia, gadis berambut keriting yang menjadi saksi bisu, bagaimana perjuangan seorang ibu beserta kedua anaknya untuk bertahan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun