Taman rumah kakek nampak warna-warni bunga mawar serta bunga krisan putih yang ayu mekar merekah serta masih kuncup. Kakek selalu meluangkan waktunya untuk merawat tanaman. Beliau senang dengan warna-warni kelopak mawar. Baginya tabu bila memetik merekahnya bunga bila tak diberikan pada orang tersayang atau dengan tujuan tertentu. Beliau selalu membiarkan bunga itu dinikmati dengan alami masih mengakar kuat di tanah.
“Aduchh…” teriak Lily spontan.
Sang kakek menghampirinya sambil bertanya, “Lily kena duri, ya?”
Sang kakek memegang tangan Lily sambil mengamati apa ada darah yang keluar, “tidak apa-apa … hanya mengenai kulit luar. Sebentar lagi pasti sembuh, kalau begitu biar kung saja yang melanjutkan.”
Lily pun mengangguk, dia tetap setia menemani sang kakek.
“Apa Lily tahu, bunga mawar yang indah dengan warna-warni kelopaknya, daun segar di bawah kelopak namun batangnya ada banyak duri?” tanya sang kakek pada cucunya.
“Apa ya … mungkin, biar tidak dipetik,” jawab Lily spontan.
Kakek pun tersenyum, lalu berkata, “cucu kung, pintar. Duri pada mawar adalah untuk melindungi diri dari serangan hewan yang ingin memakan atau manusia yang ingin memetiknya, sehingga tanaman mawar tetap bisa hidup. Selain itu dengan adanya duri membuat batang menjadi tegak ke atas sehingga memudahkan sinar matahari untuk membantu proses pertumbuhan.”
“Ternyata duri ini punya kegunaan ya kung. Tadi, Lily tidak mau memetik lhooo, tapi kena duri,” sahut Lily sambil melihat tangannya dengan raut sedih.
“Semua ciptaan Tuhan, pasti berguna. Tadi Lily, memang kurang hati-hati jadinya terkena duri. Duri pada bunga mawar ini di sebut “prickles”, yaitu lapisan kulit terluar pada tumbuhan. Namun duri ini, dapat mudah dihilangkan dari tanaman dengan dipotong. Sekarang bagaimana, masih terasa sakit tangannya?” tanya kakek pada Lily.