Taman bunga menjadi saksi, persabahabatan dan persaudaraan, di sore itu. Namun perjalanan waktu yang memudarkan janji itu.
Tak ada kabar dan perubahan foto profil menambah sayatan di hati. Bagaimana keadaanmu? Hanya rasa cinta, yang mampu merengkuh untuk membingkai persahabatan. Dengan kegigihanya Nayla mencari sahabatnya Kirana walaupun realitanya derai air mata yang dia dapatkan.
Sore itu, awan begitu ceria memayungi taman bunga, angin bertiup sepoi-sepoi mengacak rambut Kirana yang terurai tanpa ikatan.
Nayla dan Kirana, dua orang sahabat yang dipertemukan dengan visi untuk mengenyam bangku kuliah. Mereka dari dua daerah berbeda, memberanikan diri merantau dan berpisah dengan keluarga demi sebuah cita_cita.
"Akhirnya perjuangan kita terbayar, sebentar lagi wisuda ... apakah nanti, kau akan melupakanku saat kita tak bersama-sama lagi," raut wajah Kirana mendadak sedih.
Nayla menepuk bahu sahabatnya, "Heyy, seperti kau baru mengenalku? Bukankah kita akan jadi saudara dan friendship forever."
Kirana mengangkat jari kelingking yang di sambut dengan jari kelingking Nayla, mereka berjanji untuk tetap menjadi sahabat dan saudara walau jarak dan waktu memisahkan.
*****
Potret kebahagiaan mengenakan toga terbingkai dalam album. Musim pun berganti, ketika waktu memaksakan mereka untuk memulai kehidupan baru setelah lulus, yaitu kembali ke kampung halaman serta mengabdikan ilmu bagi masyarakat.
Walau jarak terpisah, tak menyurutkan niat mereka tetap berkomunikasi.
Seperti biasa, mereka saling curhat dan bercanda di telepon, membahas lowongan pekerjaan sampai cowok yang mereka taksir. Waktu bergulir hampir dua bulan setelah berpisah, mereka semakin jarang berkomunikasi dan kehilangan kabar.
*****
Rasa kangen kepada sahabatnya, membuat Nayla mengambil inisiatif memulai pembicaraan dengan menghubungi Kirana namun tidak diangkat. Tak kehilangan akal, dia pun meninggalkan pesan di kolom chat. Perhatiannya tersedot pada persiapan pengiriman berkas lamaran pekerjaan.
Setelah satu minggu , dia baru tersadar bahwa chat ke Kirana belum terbaca. Tanpa pikir panjang Nayla, memencet videocall namun hanya nada dering tanpa ada respon. Nayla pun meninggalkan kabar di chat " mohon doa untuk pengumuman seleksi pegawai ... gimana kabarmu non?"
*****
Hari yang di nanti pun tiba, nama Nayla tercatat dalam daftar pegawai yang lolos dan akan segera mengikuti test seleksi. Nayla girang bukan kepalang dan ingin membagikan bersama sahabatnya, namun semesta tak merestui, hanya nada dering tanpa respon dan untuk kesekian kali, dia pun meninggalkan pesan meskipun chat sebelumnya juga belum terbaca.
*****
Dua minggu berlalu, Nayla sibuk mempersiapkan ujian tulis, wawancara dan kesehatan. Pikiran dan perhatiannya terfokus pada ujian test pegawai ini. Namun perjuangannya membuahkan hasil dan dia di terima sebagai pegawai di perusahaan yang diimpikan selama ini.
Sontak spontan videocall sahabatnya, namun hapenya tak aktif. Dengan setia meninggalkan pesan, "terimakasih non untuk doanya, aku di terima. Gimana kabarmu?"
Udara dingin menyelimuti malam itu, rebahan menjadikan pilihan yang tepat dengan menggulir-gulir gawainya. Sontak dia kaget, saat akan chat Kirana, bukan foto profil Kirana.
Ketika di telepon pun, juga tak ada nada sambung. Lama terdiam, lalu teringat beberapa hari sebelumnya, sempat bermimpi tentang Kirana. Dia pun rindu, bagaimana kabar sahabatnya saat ini, seperti hilang dihempas angin.
Di ujung kerinduannya, dia menemukan jawaban dengan pergi menemui sahabatnya esok hari. Tanpa pikir panjang, Nayla menyampaikan niat kepada ayah dan bunda. Mereka pun mendukung serta akan menemani ke sana.
Pagi-pagi sebelum mentari bersinar, kami sudah siap untuk melakukan perjalanan ke luar kota. Memakan waktu empat jam untuk tiba di rumah Kirana, dengan di suguhi banyak pepohonan dan pemandangan laut yang memukau.
"Permisi ... Permisi, " sapa Nayla sambil mengetuk pintu.
"Lohh neng Nayla ... pak, bu ... monggo pinarak," ibu Kirana mempersilahkan kami semua masuk.
"Terimakasih bu ... bagaimana kabar bapak, ibu dan semua? Kirana di mana bu?" tanya Nayla yang tak sabar.
Ibu seperti tak mendengar kata-kata Nayla, langsung memanggil bapak serta sibuk menyiapkan minuman dan makanan untuk di hidangkan. Kemudian bapak dan ibu keluar bersama dengan membawa hidangan.
"Maaf ... masih ngurus ternak di belakang. Sudah daritadi ya?" seru bapak Kirana.
"Baru saja kami sampai pak. Bagaimana kabar keluarga di sini? Ini Nayla kangen dengan Kirana katanya ...," jawab ayah Nayla sambil tersenyum.
Bapak dan ibu Kirana mendadak terdiam, kemudian dilanjutkan dengan perkataan yang terbata-bata ibu Kirana sambil meneteskan air mata, " Kirana sudah tenang."
Kami semua keheranan, lalu bapak meneruskan, " Kirana di panggil Tuhan seminggu yang lalu. Kami semua sangat kehilangan Kirana. Apalagi adiknya, Rani sangat terpukul dan mengurung diri di kamar sampai tiga hari. Kejadiannya begitu cepat, setelah lulus, Kirana sering membantu kami untuk mengurus kebun dan dia sering pingsan.
Kami pikir dia kelelahan, ternyata setelah di bawa ke Puskesmas, Kirana harus di rujuk di Rumah Sakit daerah untuk mendapatkan perawatan.
Dari hasil pemeriksaan, Kirana menderita kanker darah stadium akhir. Dia sempat menjalani kemoterapi pertama dan kondisinya semakin drop sampai akhirnya maninggal. Satu bulan dia berjuang untuk sakitnya di Rumah sakit. Dia memesan kepada kami untuk tidak menceritakan keadaannya ini kepada siapapun."
Nayla dan bundanya spontan meneteskan air mata. Nayla tak menyangka sahabat yang selama ini selalu menemaninya telah pulang begitu cepat.
Semua terdiam dan merasakan kesedihan kehilangan Kirana. Ayah mencairkan suasana dengan berkata, " Tuhan sangat sayang Kirana. Kirana sudah berjuang yang terbaik sampai akhir. Sekarang, Kirana sudah bahagia di sorga. Untuk keluarga, kiranya di beri kekuatan oleh Tuhan untuk menghadapi semua ini."
Sesaat, Nayla meminta ijin bertemu Rani, dia menghibur serta mengajak Rani untuk bangkit dari kesedihannya. Kemudian terdengar suara rani yang mulai bisa tertawa. Bapak dan ibu pun senang mendengarkan anak satu-satunya, yang sekarang mereka punya bersemangat kembali. Lalu Nayla mengajak Rani serta orangtua Kirana, untuk mengunjungi makam Kirana.
*****
Di sebelah sawah yang menghijau, dengan bunga kamboja yang tumbuh gagah menghiasi samping makam Kirana. Nayla pun menaburkan bunga dan berdoa serta berbincang-bincang dengan Kirana dalam keheningan.
Air mata tak mampu surut, terus menetes saat mengingat bagaimana kebersamaan mereka selama 4 tahun yang penuh warna, berakhir dengan jalan takdir yang berbeda. Kemudian, mereka kembali ke rumah Rani. Tak berselang lama, Nayla dan orangtuanya pamit dan mereka sepakat saling bersilahturami walaupun Kirana telah tiada.
Perjalanan pulang mengingatkan akan raut ayu Kirana serta semua kisah klasik yang pernah dilalui. Selamat jalan sahabatku dalam kedamaian di sorga, aku bahagia telah menjadi sahabatmu.
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H