Kami pikir dia kelelahan, ternyata setelah di bawa ke Puskesmas, Kirana harus di rujuk di Rumah Sakit daerah untuk mendapatkan perawatan.
Dari hasil pemeriksaan, Kirana menderita kanker darah stadium akhir. Dia sempat menjalani kemoterapi pertama dan kondisinya semakin drop sampai akhirnya maninggal. Satu bulan dia berjuang untuk sakitnya di Rumah sakit. Dia memesan kepada kami untuk tidak menceritakan keadaannya ini kepada siapapun."
Nayla dan bundanya spontan meneteskan air mata. Nayla tak menyangka sahabat yang selama ini selalu menemaninya telah pulang begitu cepat.
Semua terdiam dan merasakan kesedihan kehilangan Kirana. Ayah mencairkan suasana dengan berkata, " Tuhan sangat sayang Kirana. Kirana sudah berjuang yang terbaik sampai akhir. Sekarang, Kirana sudah bahagia di sorga. Untuk keluarga, kiranya di beri kekuatan oleh Tuhan untuk menghadapi semua ini."
Sesaat, Nayla meminta ijin bertemu Rani, dia menghibur serta mengajak Rani untuk bangkit dari kesedihannya. Kemudian terdengar suara rani yang mulai bisa tertawa. Bapak dan ibu pun senang mendengarkan anak satu-satunya, yang sekarang mereka punya bersemangat kembali. Lalu Nayla mengajak Rani serta orangtua Kirana, untuk mengunjungi makam Kirana.
*****
Di sebelah sawah yang menghijau, dengan bunga kamboja yang tumbuh gagah menghiasi samping makam Kirana. Nayla pun menaburkan bunga dan berdoa serta berbincang-bincang dengan Kirana dalam keheningan.
Air mata tak mampu surut, terus menetes saat mengingat bagaimana kebersamaan mereka selama 4 tahun yang penuh warna, berakhir dengan jalan takdir yang berbeda. Kemudian, mereka kembali ke rumah Rani. Tak berselang lama, Nayla dan orangtuanya pamit dan mereka sepakat saling bersilahturami walaupun Kirana telah tiada.
Perjalanan pulang mengingatkan akan raut ayu Kirana serta semua kisah klasik yang pernah dilalui. Selamat jalan sahabatku dalam kedamaian di sorga, aku bahagia telah menjadi sahabatmu.
*****