Mohon tunggu...
Kristin Arvali
Kristin Arvali Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi : Dance, Membaca Buku

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perubahan Kepercayaan dari Masa Pra-Aksara hingga Sekarang

15 November 2022   16:20 Diperbarui: 15 November 2022   16:33 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu contoh kasusnya adalah pengeboman Gereja Katedral Makassar yang terjadi pada tanggal 28 Maret 2021. Pastor Wilhelmus Tulak dari Gereja Katedral Makassar mengatakan bahwa ledakan terjadi sesaat setelah ibadah misa kedua digelar. "Umat yang ikut ibadah kedua sudah pada pulang. Kebetulan gereja punya beberapa pintu masuk dan pintu keluar, jadi tidak konsentrasi di satu pintu," ujarnya. Saat itu terjadi sirkulasi jemaah misa antara mereka yang sudah selesai lalu pulang, dan mereka yang datang untuk mengikuti jadwal misa selanjutnya. Wilhelmus menyebutkan, dua orang pelaku pengeboman datang mendekat ke pintu masuk gereja dengan menaiki sepeda motor. Beruntung, gerak-geriknya sudah dicurigai dan petugas keamanan gereja berhasil mencegahnya masuk. Tapi, saat sedang mencegahnya, di situ terjadilah ledakan. Ledakannya cukup besar, bahkan sampai terekam kamera CCTV yang ada di sekitar lokasi. Akibat kejadian itu, dua orang yang diduga pelaku dilaporkan tewas, serta 20 orang terdiri dari warga, petugas keamanan gereja, dan jemaat mengalami luka akibat ledakan. Mereka pun dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan. Sebagian sudah dipulangkan setelah mengalami luka ringan. 

Kasus ini sangatlah menggemparkan. Bahkan Presiden Joko Widodo turut menanggapi kasus ini. "Saya mengutuk keras aksi terorisme tersebut dan saya sudah memerintahkan Kapolri untuk mengusut tuntas jaringan-jaringan pelaku dan membongkar jaringan itu sampai ke akar-akarnya. Semua ajaran menolak terorisme, apapun alasannya," ungkapnya. Ia menekankan bahwa terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan (Luthfia, 2021). Betul kata pak Jokowi, bahwa aksi ini sangatlah kejam. Jika kita lihat dari pandangan Kristen, tepatnya 7 dosa mematikan, aksi terorisme ini melambangkan kesombongan dan keserakahan. Kesombongan karena mereka merasa bahwa kepercayaan mereka ialah yang paling benar. Keserakahan karena mereka hanya ingin kepercayaan mereka yang ada, oleh karena itu mereka ingin membom rumah ibadah agama lain. 

Untuk mencegah hal seperti ini terjadi lagi, dibutuhkannya rasa toleransi dalam beragama dari setiap individu. Toleransi memang terdengar mudah untuk dilakukan, namun pada kenyataannya sulit. Kita dapat memulai dari hal-hal sederhana seperti menghargai orang lain saat mereka sedang beribadah, tidak menghakimi agama lain, dan lain sebagainya. Semakin sering kita lakukan, lama-kelamaan kita akan semakin terbiasa. Hal ini tentunya akan membawa dampak positif bagi kita semua.

Perkembangan kepercayaan sudah sampai sejauh ini, namun tetap ada celahnya karena manusia tak terlepas dari dosa, begitu juga dengan manusia purba pada saat itu. Sesuai ajaran Kristen, kepercayaan animisme dan dinamisme sangatlah bertentangan dengan kebenaran firman Tuhan. Tercatat dalam Alkitab pada Keluaran 20:1-17, terutama pada ayat 3-5, yang berbunyi : 

"Jangan ada padamu allah lain dihadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,"

Dapat dilihat bahwa animisme dan dinamisme bertentangan dengan firman Tuhan karena mereka menyembah Allah atau pribadi lain selain Tuhan Yesus dan membuat patung-patung untuk disembah.

Oleh karena itu, sebagai orang Kristen, kita harus memperkuat iman kita dalam Tuhan, terus percaya dan mengandalkan-Nya. Kita bisa membentuk iman kita dengan memulai kebiasaan baik seperti berdoa setiap bangun dan sebelum tidur, menyisihkan waktu untuk bersaat teduh, membaca dan memahami firman Tuhan, memuji nama Tuhan, dan lain sebagainya. Biarkanlah Roh Kudus terus membimbing hidup kita agar kita dapat bertumbuh di dalam Tuhan.

Jika kita melihat kembali semuanya dari masa pra-aksara, begitu hebatnya penyertaan Tuhan dalam seluruh proses perkembangan kepercayaan yang ada. Saat ini, sebagai warga negara Indonesia, marilah kita menjalankan kewajiban agama kita masing-masing sesuai yang sudah ditetapkan. Biarlah seluruh kepercayaan yang dianut tiap-tiap orang, dapat menuntun mereka menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat menjalani hidup mereka dengan bahagia dan damai. 

DAFTAR PUSTAKA

Budy Kusnandar, Viva. "Lebih Dari 102 Ribu Penduduk Indonesia Menganut Aliran Kepercayaan Pada Juni 2021 | Databoks." Databoks.katadata.co.id, 29 Sept. 2021, databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/09/29/lebih-dari-102-ribu-penduduk-indonesia-menganut-aliran-kepercayaan-pada-juni-2021#:~:text=Adapun%2C%20mayoritas%20atau%2086%2C87. Accessed 14 Nov. 2022.

http://suardi. "Arti Sebuah Kepercayaan (Prof. Dr. Syamruddin Nasution)." Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 19 Sept. 2016, www.uin-suska.ac.id/2016/09/19/arti-sebuah-kepercayaan-prof-dr-syamruddin-nasution/. Accessed 14 Nov. 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun