Mohon tunggu...
Kristianus Ato
Kristianus Ato Mohon Tunggu... Administrasi - Pendiam

mencoba yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Korban Rayuan Petugas Gadungan

4 Januari 2018   08:03 Diperbarui: 4 Januari 2018   08:46 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anakku sayang sebentar lagi engkau akan hadir menghiasi jagat raya. Satu pinta dari bunda jangan pernah bertanya atau mencari tahu siapa ayahmu sebenarnya. Bundapun tak akan pernah memberitahu karena kelak engkau akan mengerti dan merasakan sendiri betapa kejamnya dunia ini. Biarlah bunda menyimpan sendiri cerita memilukan ini. Bisik Wenda lirih sembari telapak tangan kanannya mengusap lembut mengikuti gerakan manja anaknya.

Malam kian larut menyisahkan mereka yang masih di landa gunda gulana. Tak terkecuali bayangan Wenda  membawanya kembali ke sembilan bulan lalu. Kala itu dua orang petugas terpaksa menggiringnya ke sel tahanan atas kasus penggelapan dana perusahaan sebesar 500 juta rupiah. Sebenarnya sudah ada kesepakatan antara pihak perusahaan dan keluarga Wenda agar masalah ini tidak di bawa sampai ke jalur hukum namun di selesaikan secara kekeluargaan saja. Dan sebagai jaminan pihak keluarga Wenda memberikan  sertifikat rumah mereka.

Namun hingga batas waktu pelunasan yang telah di sepakati kedua belah pihak tak membuahkan hasil akhirnya kasus ini di meja hijaukan. Wenda hanya bisa pasrah menerima kenyataan pahit. Sementara uang sebanyak itu habis tak tersisa untuk bergaya hidup mewah, berplesiran ke luar negeri dan mentraktir beberapa temannya liburan gratis ke pulau Dewata. Ia harus menanggung semua praktek kecurangannya selama ini sebagai akuntan. Siap mengenakan rompi orange dan hidup terkurung di balik jeruji besi.

Wenda yang berambut panjang, cantik dan bertubuh sexi menjadi primadona di sel tahanan wanita. Kasusnya pun di bilang terpandang di mata tahanan lain. Sehingga Ia tak harus menghadapi cercaan dan atau hinaan seperti yang di alami tahanan lain karena kasus kekerasan seksual. Namun secara diam - diam Ia malah menjadi incaran rayuan petugas.

Hujan deras di sore itu menyisakan hawa dingin dan genangan air di beberapa sudut lapas. Para penghuni sudah terbuai dalam kebisuan malam. Wenda terjaga ketika indra pendengarnya menangkap bunyi langkah sepatu berhenti di sel nya. Seseorang bertubuh tinggi besar membuka pintu sel dan memintanya keluar mengikutinya ke ruang pemeriksaan.

"Ada apa pak.. panggil saya malam - malam??"

"Udah ... duduk saja dulu. Tu bersantailah dulu di sofa." Kata pak Bonang sambil menyodorkan air minum kemasan gelas. Pak Bonang berbalik badan lalu melangkah menuju rak TV, meraih remote dan switch on the TV.

Suasana di ruang pemeriksaan kembali terasa hening. Hanya suara dari TV yang sesekali sayup terdengar. Pak Bonang sengaja mengecilkan volume agar tidak berisik. Kemudian pak Bonang melepas baju dinasnya dan di gantung di sandaran kursi lalu berjalan menghampiri Wenda yang sedang menghisap lembut sedotan air. Pak Bonang nampak lebih gagah bila hanya mengenakan kaos oblong. Otot lengannya semakin terlihat kekar.

"Sayang sekaliii... gadis secantik kamu harus mendekam dan terkurung di balik jeruji besi. Masih lama juga masa tahananmu. Kurang lebih 10 bulanan lagi bukan waktu yang singkat." Katanya ketika mendaratkan pantatnya di sofa di samping kanan Wenda.

"Iya mau gimana lagi pak! Udah terlanjur."

"Jangan nyerah gitu dunkkk cantikk." Katanya sambil mencubit lembut pipi wanita itu. Kemudian lanjutnya, "saya bisa kok membantu membebaskan kamu tanpa harus menunggu lama. Sudah banyak wanita secantik kamu yang saya bebaskan. Asalkan Wenda mau penuhi syaratnya."

"Mau dunkk pak. Plisss bantu aku ya pak. Aku pingin hidup bebas di luar. Aku jenuh. Aku sumpek disini. Aku stres. Syaratnya apa ya pak, pasti saya berusaha untuk penuhin."

"Syaratnya sederhana aja kok. Asalkan kamu mau nemanin bapak menghabiskan malam ini bersama."

Wenda tersontak kaget. Pilihan yang cukup rumit. Pikirannya berkecamuk. Saking kagetnya air minum kemasan yang di pegangnya terjatuh. Ia kemudian menghela napas panjang dan menunduk. Melihat hal itu pak Bonang melanjutkan pembicaraannya.

"Udah santai aja. Ngk usah di pikir berat. Kalau ngk mau pun gpp. Saya ngk memaksa."

Wenda hanya tertunduk diam tanpa menunjukan ekspresi apappun. Ketika pak Bonang menyentuhnya juga Ia diam saja. Seolah pasrah pada keadaan. Sehingga memberi peluang agar pak Bonang leluasa melancarkan aksinya.

***

Tiga bulan berlalu, Wenda merasa yakin bahwa dirinya hamil. Ia menjadi gusar. Tak ada cara lain selain mencari dan meminta pertanggungjawaban kepada pak Bonang sebagai ayah atas anak yang sedang dalam kandungannya. Namun sayang seribu sayang. Ia harus menerima kenyataan pahit karena informasi yang di dapat bahwa pak Bonang sudah lama pensiun. Kini usianya sudah 83 tahun. Sedangkan ciri - ciri lelaki yang tidur bersamanya malam itu adalah Novel, yang menyamar menjadi pak Bonang.

Ketika itu Novel terlebih dahulu mendapat informasi bahwa Wenda akan di bebaskan bersyarat dalam minggu ini karena perusahaan sebagai pihak terlapor menarik kembali kasusnya. Nah bocoran informasi ini Ia manfaatkan untuk memberdayai korban dengan memakai seragam bekas pak Bonang. Sedangkan Novel sendiri adalah terpidana mati atas kepemilikan 50kg narkoba. Dan sudah di eksekusi mati seminggu setelah Wenda menikmati udara bebas.

Kini 9 bulan sudah saatnya Wenda akan melahirkan anak yang ada dalam kandungannya. Berbagai persiapan telah beres termasuk mentalnya. Bahwa calon bayi ini sebentar lagi akan hadir di dunia tanpa kasih sayang seorang ayah.

Tiba - tiba Wenda merasakan ada cairan yang keluar dari daerah selangkangannya. Ia meyakini bahwa saatnya melahirkan. Wenda berteriak minta tolong kepada keluarganya agar segera di larikan ke Puskesmas terdekat.

Dengan di bantu perawat, Wenda berusaha sekuat tenaga untuk menahan rasa sakit akibat kontraksi yang teramat dalam mulai dari pembukaan 1 hingga 9. Pada pembukaan terakhir, perawat menyemangati Wenda agar mengejan lebih kuat sehingga bayi bisa terdorong keluar. Namun bayi malang itu tak kunjung keluar karena lehernya terlilit tali pusar. Hal ini karena sang Ibu kekurangan nutrisi sehingga tali pusar kekurangan zat gelatine (jelly warthon). Padahal zat gelatine ini berfungsi untuk membuat tali pusar menjadi lentur dan bisa bergerak bebas dalam genangan air ketuban sehingga nyawa bayi malang itu tak bisa di selamatkan. Beberapa menit kemudian Wendapun menghembuskan nafas terakhir mengikuti bayi mungilnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun