"Mau dunkk pak. Plisss bantu aku ya pak. Aku pingin hidup bebas di luar. Aku jenuh. Aku sumpek disini. Aku stres. Syaratnya apa ya pak, pasti saya berusaha untuk penuhin."
"Syaratnya sederhana aja kok. Asalkan kamu mau nemanin bapak menghabiskan malam ini bersama."
Wenda tersontak kaget. Pilihan yang cukup rumit. Pikirannya berkecamuk. Saking kagetnya air minum kemasan yang di pegangnya terjatuh. Ia kemudian menghela napas panjang dan menunduk. Melihat hal itu pak Bonang melanjutkan pembicaraannya.
"Udah santai aja. Ngk usah di pikir berat. Kalau ngk mau pun gpp. Saya ngk memaksa."
Wenda hanya tertunduk diam tanpa menunjukan ekspresi apappun. Ketika pak Bonang menyentuhnya juga Ia diam saja. Seolah pasrah pada keadaan. Sehingga memberi peluang agar pak Bonang leluasa melancarkan aksinya.
***
Tiga bulan berlalu, Wenda merasa yakin bahwa dirinya hamil. Ia menjadi gusar. Tak ada cara lain selain mencari dan meminta pertanggungjawaban kepada pak Bonang sebagai ayah atas anak yang sedang dalam kandungannya. Namun sayang seribu sayang. Ia harus menerima kenyataan pahit karena informasi yang di dapat bahwa pak Bonang sudah lama pensiun. Kini usianya sudah 83 tahun. Sedangkan ciri - ciri lelaki yang tidur bersamanya malam itu adalah Novel, yang menyamar menjadi pak Bonang.
Ketika itu Novel terlebih dahulu mendapat informasi bahwa Wenda akan di bebaskan bersyarat dalam minggu ini karena perusahaan sebagai pihak terlapor menarik kembali kasusnya. Nah bocoran informasi ini Ia manfaatkan untuk memberdayai korban dengan memakai seragam bekas pak Bonang. Sedangkan Novel sendiri adalah terpidana mati atas kepemilikan 50kg narkoba. Dan sudah di eksekusi mati seminggu setelah Wenda menikmati udara bebas.
Kini 9 bulan sudah saatnya Wenda akan melahirkan anak yang ada dalam kandungannya. Berbagai persiapan telah beres termasuk mentalnya. Bahwa calon bayi ini sebentar lagi akan hadir di dunia tanpa kasih sayang seorang ayah.
Tiba - tiba Wenda merasakan ada cairan yang keluar dari daerah selangkangannya. Ia meyakini bahwa saatnya melahirkan. Wenda berteriak minta tolong kepada keluarganya agar segera di larikan ke Puskesmas terdekat.
Dengan di bantu perawat, Wenda berusaha sekuat tenaga untuk menahan rasa sakit akibat kontraksi yang teramat dalam mulai dari pembukaan 1 hingga 9. Pada pembukaan terakhir, perawat menyemangati Wenda agar mengejan lebih kuat sehingga bayi bisa terdorong keluar. Namun bayi malang itu tak kunjung keluar karena lehernya terlilit tali pusar. Hal ini karena sang Ibu kekurangan nutrisi sehingga tali pusar kekurangan zat gelatine (jelly warthon). Padahal zat gelatine ini berfungsi untuk membuat tali pusar menjadi lentur dan bisa bergerak bebas dalam genangan air ketuban sehingga nyawa bayi malang itu tak bisa di selamatkan. Beberapa menit kemudian Wendapun menghembuskan nafas terakhir mengikuti bayi mungilnya.