Masihkah kau mengingat waktu pertama kali kita bertemu?
Bertemu diujung waktu
sekejap menautkan rasa
dan membangun sebuah menara yang kau sebut cinta
masihkah kau mengingat waktu pertama kali kau mengecup embun pada dahiku untuk pertama kalinya?
aku terjatuh dalam kecupmu yang paling nikmat kala itu
segalanya ku serahkan kepadamu
lalu kau telanjangi segala rasaku dan
kau mencicipi bagian yang paling indah dalam diriku
menikmatinya lalu kau pergi bersama keabadaianmu
ciummu yang dulu kini bertumbuh dalam setiap waktu
ia selalu bertanya tentang sosokmu
Jujur aku tak mampu menjelaskannya
di setiap pagi ia selalu mengusap wajahmu yang sangat tampan itu
di setiap senja ia selalu menuliskan puisi
sebagaimana kebiasaanmu
kata-kata yang kau suratkan dulu kepadaku
ia merekam dalam benaknya
dan menuliskannya pada harian lepas yang sama denganmu
cita rasa puisinya samaÂ
tak berbeda jauh denganmu
sayang, sejujur-jujurnya rindu ini tak terbendungÂ
tak mampu ditulsikan seutuhnya pada puisi
ia selalu dalamÂ
bahasaku telalu sempit
sayang, benar katamu
realitas itu terlalu luas
rindu itu terlalu luas
dan bahasa itu terlalu sederhana untuk menuliskan yang sempurna
tiada bunga yang abadi untukmu
selain puisi tentang kitaÂ
Maumere, November 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H