dalam setiap deretan kata-kata yang tak tertata rapi ada banyak kisah yang sangat tragis, yang diselimuti rapi dalam bingkai sejarah negeri ini
Pada tanggal yang masih muda bulan itu tertera perintah untuk memusnahkan segala penghalang kemerdekaan negeri pertiwi, maret tahun itu dalam lentik jari yang memantik, banyak darah yang tersimbah dalam balutan jaket sejarah anak negeri
Supersemar
Ada cerita yang tersusun dalam aksara-aksara mati lalu sunyi yang tak bertepi, pada wajah-wajah anak negeri yang oposisi dengan pejabat-pejabat negri ditembak mati, akhirnya bersenandung sepi di balik peti mati. Merekalah disebut PKI
Supersemar
Ku mendengar banyak cerita, surat yang dirangkai dengan jiwa mati itu bukan untuk tujuan yang itu, melainkan ada kudeta untuk tokoh yang telah memerdekaan negri ini. Betul begitukah? Aku masih bingung lalu cari dan terus mencari kemudian menemukan jalan yang tak bertepi, lalu mereka bilang lupakan saja!
Sungguh tragis, bengis, sedih dan lirih dalam diri...
Supersemar
Apakah engkau tak pernah mengerti tentang substansi? Atau hanya aksidensi yang engkau mengerti? Mereka yang mati adalah manusia itulah substansinya, golongan mereka adalah aksidental semata yang bisa diberi pelajaran agar mereka mengerti
Supersemar : surat perintah sebelas maret
ada banyak nyawa yang telah hilang, hanya ingatan tentang mereka saja yang selalu ulang-ulang dalam buku sejarahku. Pada kata-kata yang mati ada banyak anak negeri yang ikut mati......
Akhirnya, aku mengerti tentang salah satu idiom sang proklamator . JAS MERAH. Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Sejarah yang bersimbah darah atau yang mana, TUAN?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI