Mohon tunggu...
KRISTIANUS FOSTERMAN
KRISTIANUS FOSTERMAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA FAKULTAS FILSAFAT UNIVERSITAS WIDYA MANDIRA KUPANG

MENULIS AGAR ABADI

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Injil Sinoptik: Masih Relevankah?

4 September 2021   11:40 Diperbarui: 4 September 2021   11:59 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Situasi tak menentu manusia saat ini yang disebabkan oleh pandemi covid-19 tak terelakkan lagi. Kecemasan, ketakutan, kegetiran tumbuh subur dan bahkan mengakar di dalam batin setiap insan. Aspek eksistensial manusia kembali dipertanyakan dan bahkan memuncak pada kesangsian akan eksistensi Tuhan. 

Epikuros ( 300 SM) pernah mempertanyakan eksistensi Tuhan di tengah kebobrokan dunia. Hal ini tidak jarang digemakan kembali oleh setiap insan beriman dalam situasi sulit hidupnya.

Dalam situasi hidup yang genting itu manusia membutuhkan pegangan. Pegangan itu adalah keyakinan, yang dengannya ia dapat bertahan dan menjalankan hidupnya. Bagi orang beriman pegangan itu kerapkali menyangkut yang ilahi, transenden. Kaum beriman Kristiani sebagai pengikut Kristus, menjadikan Kristus sebagai pegangan hidup mereka.

Menjadikan sesuatu atau seseorang sebagai pegangan mengandaikan pengetahuan tentangnya. Umat Kristiani perlu mengenal Kristus sebagai pegangan hidup mereka. Namun untuk mengenal Dia tentunya membutuhkan sumber-sumber terpercaya yang memuat tentang-Nya. Itulah tujuan tulisan ini.

Terdapat begitu banyak sumber yang mencoba memberikan jawaban tentang persoalan ini. Tetapi di sini penulis membatasi diri hanya pada Injil sinoptik. 

Dengan demikian, tulisan ini bertujuan untuk mengajak umat beriman sekaligus pembaca sekalian untuk melihat pentingnya injil sinoptik bagi umat beriman dalam mengenal Yesus Kristus sebagai pegangan hidup. Dengannya injil sinoptik akan tetap relevan bagi umat di setiap generasi.

Injil Sinoptik

 

Injil sinoptik adalah sebutan bagi ketiga injil dalam Perjanjian Baru, yakni Matius, Markus, dan Lukas. Ketiga injil ini terbedakan dari injil Yohanes. Ketiganya mengisahkan beberapa peristiwa yang sama. Atau dengan kata lain, beberapa peristiwa yang sama dikisahkan atau ditemukan dalam ketiganya. 

Hal ini boleh dianggap sebagai suatu kekuatan bagi umat beriman yang dilanda keraguan akan peristiwa Yesus ribuan tahun yang silam. Karena bukan suatu kebetulan, apabila suatu peristiwa itu nyata maka pasti banyak yang menuliskan atau mengisahkan tentangnya.

Kata injil berasal dari bahasa Yunani, "euangelion" yang berarti kabar gembira. Dalam Perjanjian Baru, Inti dari injil adalah kabar gembira tentang kerajaan Allah dalam Yesus Kristus. Injil mewartakan pribadi dan karya Yesus.

Kata sinoptik berasal dari bahasa Yunani dan terkomposisi dari dua kata, "sun" yang berarti bersama, dan "oysis" yang berarti melihat. Secara harfiah sinoptik berarti melihat secara bersama. Ketiga injil, Matius, Markus, dan Lukas, melihat peristiwa Yesus secara bersama. Persitiwa Yesus adalah peristiwa kelahiran, karya, dan kebangkitan-Nya.

 

Mengapa Injil Sinoptik

Pembaca sekalian mungkin bertanya, mengapa penulis memilih injil sinoptik? Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa materi injil sinoptik hampir semuanya sama. Hal ini merupakan alasan dasar penulis untuk menjadikan injil sinoptik sebagai sumber untuk mengenal Yesus. 

Hal ini bukan menafikan injil Yohanes ataupun kitab-kitab atau surat-surat lainnnya yang berbicara tentang Yesus Kristus. Bukan berarti injil Yohanes dan kitab-kitab yang lainnya tidak memuat peristiwa yang benar tentang Yesus. 

Injil atau kitab-kitab yang telah dikanonisasi, itulah yang diterima di dalam Gereja Katolik sebagai yang memberikan kesaksian yang benar tentang karya keselamatan Allah yang memuncak pada peristiwa Yesus.

Argumentasinya sebenarnya sangat sederhana, yaitu suatu peristiwa bila dikisahkan oleh orang yang berbeda, tidak saling mengenal dan isi peristiwanya hampir sama, maka tidak disangsikan lagi bahwa peristiwa itu benar. 

Apalagi pada zaman dahulu sekitar tahun 50-100, belum memiliki teknologi secanggih sekarang, yang bisa mengakses berita dalam waktu yang singkat. Selain itu injil sinoptik adalah injil yang ditulis oleh orang-orang yang hidup dekat dengan periode peristiwa Yesus. Boleh dikatakan sebagai orang kedua yang mendengarkan peristiwa Yesus, setelah saksi mata.

Tidak sedikit orang yang menyangsikan peristiwa 2000 tahun yang silam, yakni, peristiwa inkarnasi Sabda hingga kebangkitanNya atau disebut juga peristiwa Yesus. Banyak pihak tidak mengamininya dengan dalil bahwa itu hanyalah sebuah dongeng. 

Hal ini pun tidak jarang merobohkan iman kita, ditambah lagi dengan zaman yang kian menomorsatukan akal budi. Menganggap akal budi adalah segalanya dan dapat mengungkapkan segalanya. Dengan kata lain, akal budinya adalah tuhannya.

Menanggapi tantangan ini kita perlu melihat kembali sumber iman kita dalam hal ini Kitab Suci, khususnya Injil Sinoptik. Tetap bertolak dari argumen dasar penulis bahwa peristiwa yang sama bila dikisahkan oleh orang yang berbeda, tidak saling mengenal dan isinya sama, atau sekurang-kurangnya hampir sama, maka tidak disangsikan lagi bahwa peristiwa itu adalah peristiwa historis. 

Injil Sinoptik menyajikan banyak cerita yang sama dan seringkali dalam urutan yang sama. Misalnya, kisah tentang awal karya Yesus di Galilea, (Matius 4:12-17.23; Markus 1:14-15.39; Lukas 4:14-15), kisah tentang Yesus ditolak di Nazareth (Matius 13-53-58; Markus 6:1-6; Lukas 4:16-30), kisah tentang penyembuhan ibu mertua Petrus (Matius 8:14-15; Markus 1:29-31; Lukas 4:38-39), dan masih begitu banyak kisah yang lainnya yang sama. Singkatnya 45% materi Markus ada pada Matius dan 41% ada pada Lukas. Dengan demikian kita dapat dikatakan bahwa materi-materi itu ada pada ketiganya, namun dengan porsentase yang berbeda-beda.

 

Kesimpulan 

Manusia, termasuk umat Kristiani selalu saja mencari pegangan dalam hidupnya. Bagi umat Kristiani pegangan itu adalah Yesus Kristus sendiri. Untuk menjadikan Yesus sebagai pegangan tentunya mengandaikan pengetahuan (mengenal) tentangNya. Mengenal pusat iman mereka. 

Injil sinoptik menjadi penting karena melaluinya umat beriman dapat menemukan dan mengenal siapa itu Yesus dan menemukan jawaban dari pertanyaan, apakah peristiwa ribuan tahun yang silam itu dongeng atau peristiwa yang betul-betul historis?

Dengan ini injil sinoptik masih sangat relevan bagi setiap umat beriman di setiap generasi.

Oleh: Kristianus Fosterman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun