Mohon tunggu...
KRISTIANUS FOSTERMAN
KRISTIANUS FOSTERMAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA FAKULTAS FILSAFAT UNIVERSITAS WIDYA MANDIRA KUPANG

MENULIS AGAR ABADI

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Injil Sinoptik: Masih Relevankah?

4 September 2021   11:40 Diperbarui: 4 September 2021   11:59 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kata sinoptik berasal dari bahasa Yunani dan terkomposisi dari dua kata, "sun" yang berarti bersama, dan "oysis" yang berarti melihat. Secara harfiah sinoptik berarti melihat secara bersama. Ketiga injil, Matius, Markus, dan Lukas, melihat peristiwa Yesus secara bersama. Persitiwa Yesus adalah peristiwa kelahiran, karya, dan kebangkitan-Nya.

 

Mengapa Injil Sinoptik

Pembaca sekalian mungkin bertanya, mengapa penulis memilih injil sinoptik? Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa materi injil sinoptik hampir semuanya sama. Hal ini merupakan alasan dasar penulis untuk menjadikan injil sinoptik sebagai sumber untuk mengenal Yesus. 

Hal ini bukan menafikan injil Yohanes ataupun kitab-kitab atau surat-surat lainnnya yang berbicara tentang Yesus Kristus. Bukan berarti injil Yohanes dan kitab-kitab yang lainnya tidak memuat peristiwa yang benar tentang Yesus. 

Injil atau kitab-kitab yang telah dikanonisasi, itulah yang diterima di dalam Gereja Katolik sebagai yang memberikan kesaksian yang benar tentang karya keselamatan Allah yang memuncak pada peristiwa Yesus.

Argumentasinya sebenarnya sangat sederhana, yaitu suatu peristiwa bila dikisahkan oleh orang yang berbeda, tidak saling mengenal dan isi peristiwanya hampir sama, maka tidak disangsikan lagi bahwa peristiwa itu benar. 

Apalagi pada zaman dahulu sekitar tahun 50-100, belum memiliki teknologi secanggih sekarang, yang bisa mengakses berita dalam waktu yang singkat. Selain itu injil sinoptik adalah injil yang ditulis oleh orang-orang yang hidup dekat dengan periode peristiwa Yesus. Boleh dikatakan sebagai orang kedua yang mendengarkan peristiwa Yesus, setelah saksi mata.

Tidak sedikit orang yang menyangsikan peristiwa 2000 tahun yang silam, yakni, peristiwa inkarnasi Sabda hingga kebangkitanNya atau disebut juga peristiwa Yesus. Banyak pihak tidak mengamininya dengan dalil bahwa itu hanyalah sebuah dongeng. 

Hal ini pun tidak jarang merobohkan iman kita, ditambah lagi dengan zaman yang kian menomorsatukan akal budi. Menganggap akal budi adalah segalanya dan dapat mengungkapkan segalanya. Dengan kata lain, akal budinya adalah tuhannya.

Menanggapi tantangan ini kita perlu melihat kembali sumber iman kita dalam hal ini Kitab Suci, khususnya Injil Sinoptik. Tetap bertolak dari argumen dasar penulis bahwa peristiwa yang sama bila dikisahkan oleh orang yang berbeda, tidak saling mengenal dan isinya sama, atau sekurang-kurangnya hampir sama, maka tidak disangsikan lagi bahwa peristiwa itu adalah peristiwa historis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun