Mohon tunggu...
KRISTIANUS FOSTERMAN
KRISTIANUS FOSTERMAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA FAKULTAS FILSAFAT UNIVERSITAS WIDYA MANDIRA KUPANG

MENULIS AGAR ABADI

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kosmologi dan Etika Ekologis

28 Juni 2021   21:27 Diperbarui: 28 Juni 2021   21:34 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manusia adalah bagian tak terpisahkan dari alam sama seperti makhluk hidup dan benda fisiokimis. Manusia bersama makhluk hidup lainnya bersama-sama membentuk dunia dan berhubungan secara timbal balik. Adanya ketergantungan yang mutlak antara yang satu dengan yang lain.

Krisis Ekologis = Krisis Moral

Realitas menunjukkan bahwa krisis ekologis paling banyak disebabkan oleh ulah manusia. Hal ini, karena manusia cenderung menempatkan dirinya sebagai pusat (antroposentrisme) dan tujuan dari segala kegiatannya. Sadar atau tidak tindakan manusia yang merusak lingkungan selalu berdampak pada dirinya sendiri sebagai bagian dari alam. Eksploitasi alam, pengrusakan hutan, pencemaran air, udara, dsb., menciptakan ketidakseimbangan ekosistem, dan dapat sampai pada kehancuran spesies manusia itu sendiri. Tidak ada yang tidak ditanam akan dituai. Sebuah tindakan selalu menyertakan konsekuensinya. Kaum miskin selalu menjadi korban ulah orang beruang. Manusia sebagai manusia dalam kasus ini dipertanyakan. Tindakan manusia bukan lagi humanus (manusiawi), melainkan hominis. Moralitas manusia dipertanyakan. Dalam hal inilah krisis ekologis dipersamakan dengan krisis moral, bahkan bisa ditukar-tempatkan.

 

Etika Ekologis: Ekosentrisme

Di tengah krisis ekologis yang semakin memprihatinkan, etika ekologis berperan penting, yakni menyangkut bagaimana manusia berpikir tentang dan bertindak terhadap alam (Baghi, 2009: 359).

Setelah memahami relasi antara pengkosmos, sebenarnya hampir sudah bisa dipastikan bahwa etika kosmologis itu mestinya mempertimbangkan saling ketergantungan di antara pengkosmos. Yang mengkosmos mustahil dipikirkan tanpa memperhatikan keterkaitannya satu sama lain. Paus Fransiskus, dalam ensikliknya tentang lingkungan hidup, "Laudato Si", mengatakan bahwa, "...semuanya saling terkait..." dan karena itu di tengah krisis ekologis, ia menganjurkan suatu "ekologi yang integral." Sebagian besar kode genetika manusia dimiliki secara bersama oleh banyak makhluk hidup.

Begitu banyak etika yang ditawarkan, dapat disebutkan beberapa, misalnya antroposentris (menekankan sentralitas manusia dalam kosmos), zoosentris (memperjuangkan hak binatang), biosentris (mendukung kehidupan), dan ekosentris (menekankan keterkaitan antar-pengkosmos), namun oleh penulis yang dinilai sangat cocok adalah etika ekosentrisme, yaitu etika yang menekankan keterkaitan seluruh organisme dan anorganisme dalam ekosistem (Naif, 2021: 20).

Etika ekosentrisme mengajarkan bahwa manusia adalah bagian dari alam. Dia tidak bisa menonjolkan dirinya dan mencari kepentingan sendiri tanpa mempertimbangkan eksistensi dari yang lain. Manusia harus respek terhadap setiap kehidupan di alam dunia. Oleh karena sejauh dia mengkosmos bersama dengan pengkosmos yang lain, maka dia adalah bagian integral dari semesta atau kosmos yang saling membutuhkan. Manusia tidak lebih superior atas alam. Dengan ini alam dilihat sederajat dengan manusia. Sederajat bukan dalam pengertian bahwa martabat manusia dipersamakan dengan martabat hewan, tumbuhan, barang-barang fisiokimis, melainkan sebagai pengkosmos mereka memiliki peran yang sama dalam membentuk kosmos.

Ekosentrisme, paralel dengan "spiritualitas kosmis". Spiritualitas kosmis menekankan penghargaan dan pemeliharaan atas apa yang kita gunakan. Apa yang kita manfaatkan adalah bagian dari diri kita, oleh karena itu harus dirawat dan diperbaiki bila mengalami kerusakan. Perhatiannya adalah pada "bagian dari diri manusia". Bagian menentukan keseluruhan. Dengan merawat bagian berarti kita merawat keseluruhan. Secara lebih luas bagian itu dimaksudkan sebagai bagian dari kosmos. Maka, dengan merawat bagian itu kita merawat kosmos.

Kesimpulan  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun