Mohon tunggu...
KRISTIANUS FOSTERMAN
KRISTIANUS FOSTERMAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA FAKULTAS FILSAFAT UNIVERSITAS WIDYA MANDIRA KUPANG

MENULIS AGAR ABADI

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kosmologi dan Etika Ekologis

28 Juni 2021   21:27 Diperbarui: 28 Juni 2021   21:34 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hingga tahun 2012 tercatat sebanyak 10.677 Ijin Usaha Pertambangan (IUP) yang sudah dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Dari jumlah IUP tersebut, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Dirjen PHKA) mencatat bahwa sejak tahun 2004 hingga 2012 terdapat 1.724 kasus penambangan yang merusak kawasan hutan secara ilegal. (Nota pastoral KWI, 2012).

Entah itu legal atau pun ilegal tetaplah pada prinsipnya bahwa pertambangan, merusak alam lingkungan hidup manusia. Pengambilan sumber daya dan tanpa mengupayakan perbaikan akan menyebabkan kekurangan sumber daya bagi manusia.

 

Sains: Mitos Modern?

Kalimat ini sedikitnya mengusik para saintis. Mengapa tidak? Sains yang sekian lama dianggap sebagai pembawa pencerahan, yang membongkar misteri semesta serta menaklukkan segala bentuk mitologi, malah dituding sebagai mitos, "mitos modern". Kemenangannya atas mitologi kuno sekaligus menobatkan dirinya sebagai mitologi modern.

Hal ini tentunya menimbulkan pertanyaan besar. Mengapa sains dituding sebagai mitos modern? Untuk menjawab hal ini kita perlu mengintip sedikit pemahaman mengenai mitologi yunani kuno.

Masyarakat Yunani kuno (zaman pra-filsuf) selalu melihat fenomena alam dalam kaitannya dengan mitologi. Mitos dianggap sebagai jawaban atas apa yang dihidangkan kepada mereka oleh alam. Melalui mite-mite mereka menjelaskan kosmos.      Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya mereka mulai memecahkan persoalan-persoalan itu dengan menggunakan ratio, secara perlahan meninggalkan mite-mite, karena adanya kekaburan di dalam mite-mite dan bahkan membawa mereka pada penyesatan (kekeliruan). Dampak negatif dari mitologi itu adalah bahwa mereka memahami secara salah tentang kosmos. Bukanya membawa pencerahan malah membawa kehancuran, "kehancuran intelektual", dan juga tentunya menentukan sikap mereka dalam berelasi.

Sains dan teknologi dalam arti tertentu dapat disebut sebagai "mitos modern." Tidak bermaksud mengabaikan dampak positif dari perkembangan dan kemajuannya, tetapi perkembangan sains dan kemajuan teknologi justru berpartisipasi, dan turut berkontribusi atas krisis ekologis. Sains dan teknologi bukan saja mendatangkan kemudahan tetapi juga telah mendatangkan kehancuran. Pembangunan besar-besaran, pertambangan, penggunaan teknologi canggih, alat transportasi, bom nuklir, insektisida, perusahaan, industri, fungisida, dsb., telah mendatangkan krisis ekologis, dan bahkan bisa menyebabkan kehancuran kosmos. Tidak sepenuhnya mendatangkan pencerahan melainkan menyertakan juga kehancuran. Hal ini juga mungkin karena pengetahuan dilihat sebagai kekuasaan, kekuatan, bukan kebijaksanaan. Bumi kita dari tahun ke tahun semakin mengalami kehancuran.

Relasi Manusia Dengan Alam

Bakker, dalam bukunya "Kosmologi dan Ekologi" menguraikan hubungan manusia (sebagai substansi) dengan substansi-substansi yang lain (hewan, tumbuhan, benda fisiokimis, dsb.), sebagai pengkosmos yang membentuk dunia. Setiap substansi otonom dalam dirinya. Justru menyadari diri dalam konfrontasi dengan substansi yang lain. Itulah kekhasannya, bahwa pengkosmos sama-sama dalam otonomi dan identitas pribadi, bersama dengan yang lain membentuk kosmos atau dunia. Dengan ini dunia adalah pengkosmos-pengkosmos itu secara bersama.

Aku adalah substansi yang merupakan warga dalam keutuhan dunia. Identitasku pribadi diperoleh dalam konfrontasi dengan substansi yang lain sebagai pengkosmos bertentu. Kebertentuanku sebagai aku ditentukan oleh kebertentuan substansi yang lain. Demikian sebaliknya. Di sini terdapat relasi timbal balik antar-pengkosmos. Saling menentukan dan saling mensyaratkan. Kedua aspek itu selain sejajar, juga sederajat dan seukuran secara mutlak. Relasi antara pengkosmos adalah bipolaritas sinergis yang simetris. (Bakker, 1995: 56). Keseluruhan dunia adalah suatu kolegalitas. Hampir tidak mungkin memahami suatu dunia yang terpecah-pecah, sebab dunia adalah pengkosmos-pengkosmos itu secara bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun