Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Skoci Pemenangan AMIN di Tangan Perempuan

20 September 2023   18:10 Diperbarui: 21 September 2023   07:27 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Khofifah Indar Parawansa menjadi salah satu kandidat kuat kapten timnas pemenangan AMIN. Foto: Instagram Pribadi Khofifah Indar Parawansa

 Strategi politik pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sejatinya terus digodok agar mendapat perhatian ekstra dari publik. Berbagai upaya mulai dari bongkar pasang calon wakil presiden dan perebutan kantong-kantong suara berbasis NU, kini kubu Anies mulai menyisir tokoh perempuan sebagai tim pemenangan. 

Menurut Sekjen PKB Hasanudin Wahid, kubu Anies-Cak Imin (AMIN) akan menurunkan kapten-kapten perempuan dalam tim pemenangan nasional. Nama-nama yang sempat "diserempet" antara lain Najwa Shihab, Khofifah Indar Parawansa, hingga Veronica Tan masuk dalam kotak kapten timnas.

Kapten perempuan merupakan salah satu strategi baru dalam mengampanyekan citra pasangan calon. Kapten perempuan dinilai telaten, detil, cekatan, dan punya daya tarik tersendiri. 

Dalam laboratorium tim pemenangan AMIN, kapten perempuan juga dinilai mampu menggerakan tim. Kualitas-kualitas ini, kemudian didapuk kubu AMIN untuk memancing suara konstituen pada kontestasi Pilpres 2024. 

Jika dilihat sekilas, strategi ini dianggap cukup inovatif dan mungkin mujarab untuk menggaet suara pemilih. Akan tetapi, secara tidak langsung, pemilihan kapten timnas perempuan ini justru jatuh pada upaya objektivasi peran perempuan dalam marketing politik.

Objektivasi perempuan merupakan salah satu tema sentral yang kini tengah dikaji di lingkungan akademis. Objektivasi atau menjadikan perempuan objek untuk mencapai tujuan tertentu bukanlah sebuah hal yang baru dalam dinamika hidup bersama. 

Sejak awal persemaian konsep demokrasi dimana rakyat memilih sendiri calon pemimpin selama lima tahun, para kandidat ramai-ramai turun ke lapangan dan berusaha menarik simpatisan dengan peran artis perempuan dan penyanyi dangdut. 

Para artis dan biduan ini sengaja turun ke panggung kampanye untuk meramaikan suasana kampanye semata. Kehadiran mereka dinilai mampu membuka tabir kekhawatiran dan kecemasan masyarakat sesaat sebelum menentukan siapa kandidat yang cocok untuk dipilih. 

Unsur just to entertain dalam hal ini memang melekat pada timnas perempuan. Inilah dilema objektivasi perempuan yang sekarang tengah laris didiskusikan di ruang digital.

Sejumlah perempuan yang masuk dalam kapten tim pemenangan Anies-Cak Imin. Foto: news.detik.com
Sejumlah perempuan yang masuk dalam kapten tim pemenangan Anies-Cak Imin. Foto: news.detik.com

Pemilihan tokoh perempuan sebagai timnas AMIN memang tidak terarah ke konsep objektivasi perempuan. Akan tetapi, pasti ada potensi yang mungkin kea rah sana, dimana peran perempuan dalam hal ini memang didesain untuk tujuan kemenangan kubu AMIN. 

Dalam pemahaman saya, timnas perempuan bisa saja diturunkan ke panggung politik asalkan tidak semata-mata untuk kepentingan pemenangan semata. Jika goal utama dari perekrutan timnas perempuan ini hanya untuk tujuan pemenangan tim AMIN semata, artinya perempuan justru dijadikan instrumen politik untuk jangka waktu tertentu saja. 

Hemat saya, strategi ini bisa mengerdilkan posisi perempuan di kancah perpolitikan kita. Hal serupa terjadi dengan semangat merekrut artis-artis cantik untuk masuk dalam bursa calon legislatif. Strategi seperti ini sejatinya mengubah substansi politik dan pesta demokrasi itu sendiri--dari proses selektif pemimpin yang ideal menjadi hanya tontonan perebutan kekuasaan semata.

Penempatan perempuan di garda terdepan kontestasi politik sebetulnya mau menunjukkan bahwa tensi politik Tanah Air perlu dinetralisir oleh kehadiran perempuan. Minimnya partisipasi perempuan di lini depan perpolitikan kita menjadikan peran perempuan berada di kelas kedua. Porsi perempuan di perlemen misalkan, hanya beberapa persen dari jumlah keterwakilan kaum laki-laki. 

Dengan fenomena seperti ini, perempuan kadang hanya bermain di pintu dan susah masuk ke situasi real perpolitikan. Hemat saya, penentuan perempuan sebagai kapten timnas pemenangan AMIN harus memberikan suatu semangat baru dalam dunia perpolitikan kita saat ini dan waktu yang akan datang.

Opsi PKB dan tim AMIN menerjunkan kapten perempuan di lini depan pemenangan Anies-Cak Imin diharapkan mampu menyatukan kembali potongan-potongan emosi masyarakat yang tercerai-berai karena perbedaan pilihan. Hadirnya tokoh perempuan diharapkan mampu merekatkan persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat meski pilihannya berbeda.

Selain mempererat persatuan dan kesatuan, kehadiran tokoh perempuan di garda terdepan tim AMIN, juga diharapkan mampu memperbaiki keterlibatan perempuan dalam kehidupan berpolitik. Keterwakilan perempuan dalam dapur politik dan kursi-kursi kepemimpinan harus diperbaik secara optimal dengan melibatkan perempuan secara optimal.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun