Strategi politik pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sejatinya terus digodok agar mendapat perhatian ekstra dari publik. Berbagai upaya mulai dari bongkar pasang calon wakil presiden dan perebutan kantong-kantong suara berbasis NU, kini kubu Anies mulai menyisir tokoh perempuan sebagai tim pemenangan.Â
Menurut Sekjen PKB Hasanudin Wahid, kubu Anies-Cak Imin (AMIN) akan menurunkan kapten-kapten perempuan dalam tim pemenangan nasional. Nama-nama yang sempat "diserempet" antara lain Najwa Shihab, Khofifah Indar Parawansa, hingga Veronica Tan masuk dalam kotak kapten timnas.
Kapten perempuan merupakan salah satu strategi baru dalam mengampanyekan citra pasangan calon. Kapten perempuan dinilai telaten, detil, cekatan, dan punya daya tarik tersendiri.Â
Dalam laboratorium tim pemenangan AMIN, kapten perempuan juga dinilai mampu menggerakan tim. Kualitas-kualitas ini, kemudian didapuk kubu AMIN untuk memancing suara konstituen pada kontestasi Pilpres 2024.Â
Jika dilihat sekilas, strategi ini dianggap cukup inovatif dan mungkin mujarab untuk menggaet suara pemilih. Akan tetapi, secara tidak langsung, pemilihan kapten timnas perempuan ini justru jatuh pada upaya objektivasi peran perempuan dalam marketing politik.
Objektivasi perempuan merupakan salah satu tema sentral yang kini tengah dikaji di lingkungan akademis. Objektivasi atau menjadikan perempuan objek untuk mencapai tujuan tertentu bukanlah sebuah hal yang baru dalam dinamika hidup bersama.Â
Sejak awal persemaian konsep demokrasi dimana rakyat memilih sendiri calon pemimpin selama lima tahun, para kandidat ramai-ramai turun ke lapangan dan berusaha menarik simpatisan dengan peran artis perempuan dan penyanyi dangdut.Â
Para artis dan biduan ini sengaja turun ke panggung kampanye untuk meramaikan suasana kampanye semata. Kehadiran mereka dinilai mampu membuka tabir kekhawatiran dan kecemasan masyarakat sesaat sebelum menentukan siapa kandidat yang cocok untuk dipilih.Â
Unsur just to entertain dalam hal ini memang melekat pada timnas perempuan. Inilah dilema objektivasi perempuan yang sekarang tengah laris didiskusikan di ruang digital.