Jika Partai Demokrat memilih berkoalisi dengan PDI-Pejuangan, ada dua konsekuensi besar yang harus dipertimbangkan. Pertama, sikap oposisi Demokrat selama 10 tahun terhadap pemerintahan yang berkuasa saat ini (Jokowi-Ma'aruf) berakhir. Kedua, Demokrat wajib mengusung tema keberlanjutan (meninggalkan perubahan) sesuai dengan visi politik dua kubu koalisi, yakni melanjutkan apa yang sudah dikerjakan pemerintahan Jokowi-Ma'aruf. Â
Seperti yang sudah disampaikan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, Partai Demokrat memang harus "turun gunung" pada kontestasi Pilpres 2024. Setelah di-prank musang berbulu domba, Demokrat akhirnya harus turun gunung. Demokrat harus turun dari tower opisisinya dan perlu berdiri di depan pintu rumah koalisi sembari mengetuk. Jika tak terlalu keras ketukannya, peluang untuk bergabung dan menjadi mitra koalisi menjadi sulit bagi Demokrat. Hemat saya, situasi mengetuk pintu koalisi adalah gambaran dari statemen "turun gunung" yang pernah disampikan SBY.  Â
Pascahengkang dari Koalisi Perubahan pengusung bacapres Anies Baswedan, Partai Demokrat kemungkinan besar akan berlabuh ke kandang banteng. Dalam dialog "Satu Meja" yang dipandu Host Budiman Tanuredjo, Waketum Demokrat Benny K Harman blak-blakan menyampaikan kalau Demokrat kemungkinan besar akan berlabuh ke PDI-Perjuangan. Benny mengklaim, Demokrat tengah berupaya untuk "mengetuk" pintu dua rumah koalisi yang tersisa saat ini, yakni PDI-Perjuangan dan Koalisi Indonesia Maju.
Pernyataan Benny sepertinya jujur. Raut mukanya seperti menahan rasa kecewa, marah, dan sedih. Semuanya, pokoknya menyatu. Raut muka lelah dengan semua fragmen politik akhir-akhir ini memang terlihat di wajah anggota Partai Demokrat itu. Dalam benak Benny, menyatu dengan Koalisi Perubahan dan mendukung Anies selama setahun bak menjual air di pinggir sungai. Menguras tenaga, dan sia-sia. Kata Ketua Mejelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, kita kena prank musang berbulu domba. Menariknya, meski telah dipermainkan di kubu Koalisi Perubahan, Demokrat tetap mempunyai stamina untuk bangkit dan mulai membuka ruang koalisi baru.
Benny menilai bahwa Demokrat memiliki satu visi dengan PDI-Perjuangan. Dalam ruang "Satu Meja" KompasTV, Benny dengan lantang menyampaikan isi hatinya terkait pelabuhan yang cocok untuk berlabuh.
"Saya mau mengatakan bahwa secara politis, bahkan secara ideologis juga, sebetulnya memang lebih pas rumahnya itu adalah rumahnya Bu Megawati. Karena Demokrat sama PDI-Perjuangan ini adalah partai yang sama-sama mengutamakan atau menjadikan rakyat sebagai episentrumnya," kata Waketum Partai Demokrat Benny Kabur Harman.
Sikap "legowo" Demokrat tentunya bisa dibaca oleh dua kubu koalisi lainnya dalam bermitra. Kubu PDI-Perjuangan yang mengusung Ganjar Pranowo sudah pasti akan terbuka menerima mitra koalisi mana pun. Sekjen PDI-Perjuangan Hasto Kristiyanto menilai bahwa harapan Demokrat pasti mendapat sambutan yang baik di kandang banteng. Jika pernah mengetuk, menurut Hasto, sebaiknya lebih keras lagi ketukannya, biar didengar. Pernyataan ini disampaikan Hasto untuk menanggapi curhatan Benny terkait ikhtiar Demokrat untuk mengetuk pintu-pintu koalisi yang masih punya peluang untuk didiami.
Posisi Demokrat saat ini memang cukup sulit. Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) selama ini dikenal vokal mengkritik kebijakan pemerintah. Sikap AHY dan Demokrat menunjukkan bahwa Partai Demokrat stay on position untuk berada di luar lingkaran kekuasaan. Semua situasi ini mungkin akan menjadi suatu tantangan baru bagi Demokrat ketika hendak duduk bersama di tim koalisi PDI-Perjuangan maupun Koalisi Indonesia Maju. Kubu PDI-Perjuangan tentunya memiliki visi yang sejajar, seirama, dan sejalan dengan pemerintahan Jokowi-Ma'aruf. Poin inilah yang mungkin harus dilalui dengan hati-hati oleh AHY-Demokrat.
Berada di luar lingkaran kekuasaan selama 10 tahun memang bukanlah keputusan yang mudah bagi Partai Demokrat. Di luar orbit kekuasaan pemerintah, Demokrat merasa lebih bebas dan leluasa untuk melancarkan kritik, serangan, dan berusaha memberikan masukan yang bermanfaat bagi pemerintah. Berbagai kebijakan Presiden Jokowi-Ma'aruf bahkan beberapa kali disentil oleh AHY sebagai bentuk sikap oposisi Demokrat terhadap pemerintahan. Akan tetapi, kini Demokrat harus "turun gunung" dan berjalan dari pintu ke pintu sembari mulai mengetuk. Perubahan sikap Partai Demokrat tentunya memberikan catatan tersendiri bagi rumah koalisi untuk membuka pintu kemitraan.
Tidak ada pilihan lain bagi Demokrat selain bergabung dengan dua rumah koalisi yang masih membuka pintunya. Â Dua rumah koalisi yang akan dikunjungi Demokrat tentu berseberangan dengan visi politik AHY-Demokrat ke depan. Jika Demokrat mengusung tema "perubahan," sebaliknya Koalisi Indonesia Maju (Prabowo Subianto) dan PDI-Perjuangan (Ganjar Pranowo) bernaung di bawah tema keberlanjutan -- melanjutkan program Presiden Jokowi-Ma'aruf. Hal ini berarti, ketika hendak bergabung di rumah kedua koalisi ini (PDI-Perjuangan dan Koalisi Indonesia Maju), Demokrat dituntut untuk tegak lurus dengan pemerintahan Jokowi-Ma'aruf. Dengan kata lain, posisi sebagai opisisi pemerintahan saat ini harus ditanggalkan Partai Demokrat demi menyatu dengan visi bersama koalisi baru. Â Â Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H