Agama tidak pernah disamakan dengan filsafat. Cara keduanya memahami Ada Tertinggi selalu dalam kacamata yang berbeda-beda. Levinas menunjukkan dua kekayaan berbeda ini dalam penjelasannya mengenai yang lain. Istilah yang lain menunjuk pada sesuatu yang tidak terbatas dan tak bersekat.Â
Artinya, yang lain -- mengarah pada agama dengan berbagai kekayaannya, yakni tentang Tuhan -- tidak bisa direduksi hanya dalam pengetahuan tertentu, misalnya filsafat.
Maka, agama usai ontoteologi tetap menunjukkan perkembangannya dan tetap terpahami dengan baik.Di sisi lain, konsep yang lain dari Levinas selalu dipahami dalam pengalaman -- peristiwa perjumpaan. Artinya, Levinas juga tetap berangkat dari hal-hal empiris ketika hendak menjelaskan mengenai yang tak terhingga, tak terbatas (the infinite).
Hemat saya, etika tanggung jawab Levinas masih bergerak dalam karakter empirisme -- menunjuk pada pengalaman. Semua penjelasan mengenai yang tidak mungkin akhirnya juga dikritisi karena liyan dalam Levinas selalu bergerak dari yang mungkin, yakni pengalaman perjumpaan dengan yang lain. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H