Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Iman, Pemahaman, dan Implikasi

27 Oktober 2021   20:39 Diperbarui: 27 Oktober 2021   20:50 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi iman dan implikasi. Sumber: udallasnews.com.

Dalam Perjanjian Lama (PL), iman merupakan karunia Allah yang memilih. Dalam arti ini, Allah telah lebih dahulu memilih manusia sebagai umat-Nya. Iman itu menuntut manusia untuk setia menghidupi pilihan Allah (seperti panggilan Abraham) dan berjuang tanpa ragu sebagai alat dalam tangan kuasa Tuhan (seperti Daud vs Goliat). Iman juga merupakan jaminana keselamatan -- jika kita beriman maka kita akan selamat.

Dengan demikian dalam PL beriman berarti mendengarkan sabda Allah kemudian memberi jawaban dengan taat dan patuh kepada perintah Allah bukan sekedar pengakuan akal budi. Beriman juga berarti setia melaksanakan kehendak Allah dan menaruh kepercayaan pada janji Allah.

Pemahaman iman dalam PB

Secara umum pemahaman tentang iman dalam Perjanjian Baru (PB) dapat kita temukan dalam sebagian besar kitab yang ada dalam PB. Namun, pemahaman itu dapat disimpulkan lewat iman Maria, yaitu iman berawal dari iman Abraham (Luk 1:38-55) kemudian mendapat jalan terbuka dalam Yesus Kristus (Mat 12:49-50), dan iman itu diuji dalam keseluruhan hidup kini dan di sini (Yoh 19:26-27).

Menurut Agustinus

Iman merupakan tindakan dinamik, artinya dengan beriman orang digerakkan untuk mencintai, mengasihi, mendekatkan diri kepada Tuhan dan bersatu dengan Dia. Dalam ajaran Agustinus dikenal ada dua jenis, yakni:

Fides qua creditor (iman yang percaya-iman subjektif)

Fides qua artinya ungkapan iman yang dapat berupa tindakan seseorang. Misalnya, seorang anak memberi roti kepada pengemis, karena ingin mengikuti teladan Yesus, dan ada juga seorang ibu beragama muslim memberi roti kepada pengemis itu juga menjalankan ibadahnya. Dalam kasus ini, dua orang itu mempunyai kesamaan dalam fides qua creditor, tetapi berbeda dalam fides quae creditor.

Fides quae creditor (isi iman yang dipercaya-iman objektif)

Fides quae creditor bahwa alamat iman, kepada siapa iman itu ditujukan. Misalnya, seorang ibu yang berdoa jalan salib untuk mengenang Tuhan Yesus, dan ada juga seorang bapak yang mengikuti misa untuk mengenang Tuhan Yesus pula. Dalam hal ini, fides quae creditor adalah Tuhan Yesus-alamat tujuan iman itu.

Menurut Thomas Aquinas

Ada tiga hal penting menurut Aquinas ketika berbicara mengenai iman, yakni beriman itu tindakan akal budi, dimana dalam tindakan intellectus itu manusia "menyetujui" (memahami) kebenaran ilahi, dan menyetujui bukan karena kemampuan manusia sendiri, melainkan atas "perintah" atau kehendak Allah (melalui Rahmat). Akal budi manusia digerakkan oleh Allah untuk melakukan Intellectus (bdk. Summa Theologia II-II, 2-9)

Memahami iman bukan hanya soal pemahaman sejumlah kalimat, prinsip atau pemahaman, melainkan lebih dari itu, yaitu opsi/pilihan yang mengarahkan hidup, disadari, diakui dalam kebebasan/kemerdekaan, dan didorong oleh karunia kehidupan (rahmat).

Orang percaya "bukan karena penalaran kodrati, bukan karena kesaksian Taurat, bukan karena pewartaan orang lain, melainkan hanya kebenaran itu sendiri".

Iman merupakan virtus theologicus, kemampuan/daya/gerak manusia yang berbudi dan memahami, sekaligus juga digerakkan "daya Tarik Allah" yang berbagi hidup (rahmat). Jadi, beriman adalah tindakan akal budi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun