Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Korupsi dan Budaya Memberi

12 Oktober 2021   14:10 Diperbarui: 12 Oktober 2021   14:13 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saling memberi membuat korupsi menjadi terbiasa. Foto: https://news.detik.com.

Tidak ada pemberian yang ikhlas dalam lingkaran jabatan. Bahkan, untuk perayaan-perayaan tertentu, misalkan, seseorang memberi sesuatu dengan iming-iming agar di suatu saat ia akan menerima hal yang sama. Ketika nostalgia tentang logika timbal-balik ini tak hilang, tindakan korupsi pun bertahan kekal.

Korupsi, hemat saya, bukanlah sebuah bentuk disorder (gangguan). Korupsi justru dilihat sebagai sebuah total penjumlahan dari budaya memberi yang bertahan karena rekaman relasi timbal-balik disertai pamrih.

Si A, sebagai contoh, diangkat untuk menduduki posisi tertentu, karena si A sudah memberi jasa tertentu untuk saya. Tugas saya yang lebih dulu menerima jasa si A adalah melakukan hal yang sama.

Gurita tindakan korupsi persis lahir dari sarang memberi yang disertai pengembalian. Ketika budaya memberi disertai pamrih menguat, di situlah fase embrional korupsi berkembang biak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun