Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Geliat September Membuka PTM

1 September 2021   18:11 Diperbarui: 1 September 2021   18:16 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Impian para peserta didik yang baru pelan-pelan mulai terlihat. Kebijakan beberapa sekolah untuk membuka kembali pintu gerbang pembelajaran tatap muka (PTM) tentunya melegakan kebutuhan skaligus keinginan para peserta didik. 

Bagi para peserta didik yang sudah memulai kegiatan pembelajaran, PTM menjadi sebuah tantangan. Sementara bagi para peserta didik yang baru, PTM menjadi awal transformasi dunia pendidikan.

Sebanyak 610 sekolah di wilayah DKI Jakarta mulai menerapkan sistem pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas pada Senin (30/8/2021) dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang ketat. 

Upaya ini, sejatinya dilakukan untuk mengantar para peserta didik masuk dalam ruang pendidikan formal. Diketahui selama masa pandemi Covid-19 dan penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), para peserta didik jauh dari pengawasan sistem pendidikan yang sesungguhnya.

Di kota-kota besar dimana grafik penularan Covid-19 menanjak, kegiatan PTM belum bisa dilakukan sepenuhnya. Meski dengan label penerapan prokes yang ketat, ketakutan dan kecemasan akan terinfeksi virus, tetap menjadi perhatian serius. 

Keinginan yang menggebu-gebu dan rasa lelah karena model pembelajaran dalam jaringan (daring) tidak terlalu banyak membantu para peserta didik. Bentrokan kebutuhan di dalam rumah, antara kepentingan ekonomi dan jadwal sekolah daring, kadang-kadang menjadi problem internal masing-masing keluarga.

Untuk itu, keputusan untuk kembali membuka kegiatan PTM adalah sebuah jalan keluar yang minus-malum. Artinya, dengan mekanisme penerapan sekolah terbatas (kuota peserta, waktu, dan intensitas dialog pengetahuan), kebijakan PTM juga mungkin tak terlalu membantu para peserta didik. Kebijakan PTM sesungguhnya tetap membawa-serta rasa cemas, takut, panik, was-was, dan ketidakpastian. 

Baik para peserta didik, maupun pendidik, keduanya tetap ada dalam kungkungan ketakutan. Kegiatan PTM, hemat saya tetap "menangguhkan" proses dialog pengetahuan yang sesungguhnya.

Penerapan PTM sesungguhnya dibuka karena alasan penurunan level kebijakan pemerintah. Hal ini berarti, substansi masalah tetap ada, yakni virus korona. 

Sejak satu tahun yang lalu, pengalihan sistem pendidikan dari PTM menuju sekolah daring, pada dasarnya dikebumikan karena alasan pandemi virus korona. Alasan terkait penurunan level kebijakan pemerintah, tidak menjadi hulu dari alasan sekolah daring. 

Jadi, penerapan PTM dengan alasan penurunan level kebijakan pemerintah terkait penularan pandemi Covid-19, sejatinya bukan sebuah pilihan yang bijak.

Pada periode Januari-Juni 2021, ada 46 sekolah yang kegiatan PTM-nya diawasi secara serius oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). 

Menurut Komisioner KPAI Retno Listyarti, kesiapan PTM selama Januari-Juni, baik dari segi protokol kesehatan, maupun fasilitas-infrastruktur, seluruhnya mencapai angka 79,54 persen. Artinya, dengan angka ini, sekolah-sekolah di Indonesia tetap berusaha untuk memberi nutrisi pengetahuan kepada para peserta didik.

Meski angka kesiapan sudah menyentuh matang, tingkat kewaspadaan tetap menjadi perhatian utama. Pengetatan pengecekkan prokes sebetulnya tak hanya di lingkungan sekolah. 

Interaksi dari dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan selama perjalanan menuju sekolah, dan interaksi antar-sesama pelajar juga menjadi catatan khusus. Ketika proses penerapan prokes ketat hanya terjadi di lingkungan sekolah, anak-anak akan tetap dengan mudah terinfeksi virus. 

Oleh karena itu, ekstra perhatian dari para orangtua atau wali para siswa adalah sebuah kewajiban. Sistem antar jemput peserta didik, dalam hal ini sejatinya bukan pekerjaan yang mudah.

Memasuki bulan September, harapan PTM memang meluas. Akan tetapi, September bukan berarti bulan tanpa pengawasan. Harapan untuk bebas dari pandemi virus korona tetap melebar jauh, bahkan mungkin tak mampu diprediksi hingga akhir tahun 2021. 

Ketidakpastian ini harus membuat kita lebih berani mengambil keputusan, termasuk memberi asupan gizi yang baik untuk generasi kita mendatang. 

Jika semua sekolah mulai berani membuka PTM, kita semua diharapkan untuk tetap mematuhi prokes yang sebagai bentuk dukungan bagi para peserta didik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun