Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memahami Misteri Allah Tritunggal

30 Mei 2021   09:54 Diperbarui: 30 Mei 2021   10:08 1585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap upaya menjelaskan tentang konsep trinitas selalu akan berakhir dengan suatu pernyataan, yakni Allah itu melampaui manusia dan segala kekuatan berpikirnya. Jadi, Allah adalah misteri. Apakah manusia dengan begitu tidak mau tahu tentang Allah? Dari pihak manusia, selalu ada usaha untuk memahami walaupun Allah melampaui pemahaman. Konsep trinitas sejatinya ditolak untuk didefinisikan dan dipahami secara pasti. Mengapa? Karena ketika konsep trinitas didefinisikan, ia habis.

Salah satu konsep yang ditemukan dalam paham Kristiani adalah trinitas. Bagaimana memahami konsep trinitas? Apakah orang Kristiani mempunyai tiga Allah? Bagaimana Allah Bapa, Allah Putra, dan Roh Kudus dipahami sebagai satu kesatuan? Apakah ketiga-Nya sama? Apakah ketiga-Nya melebur?

Orang Kristiani percaya pada Kitab Suci. Kitab Suci orang Kristiani terbagi menjadi dua bagian besar, yakni Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama, Allah yang satu dikenal sebagai Bapa yang menciptakan alam semesta (Kejadian 1). Ia yang memulai segalanya dalam kemahakuasaan-Nya. Akan tetapi, Ia tidak kelihatan (invisible).

Dalam kerangka keselamatan, Allah memilih hadir secara real dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, dalam Perjanjian Baru, Allah yang dahulu terlibat, namun tidak kelihatan, tampil untuk melakukan rencana keselamatan untuk manusia. Caranya adalah dengan inkarnasi (Allah menjadi manusia). Allah yang konon hadir dalam Sabda, kini berubah wujud menjadi daging dalam rupa pribadi Sang Putra, yakni Yesus Kristus.

Pada periode berikutnya, Yesus Kristus sebagai inkarnasi Allah, harus mati sebagai silih atas dosa manusia. Akan tetapi, Ia kemudian bangkit. Kebangkitan merupakan tanda bahwa Yesus Kristus telah memurnikan kembali relasi antara Allah dan manusia.

Untuk menjamin relasi yang sudah dimurnikan oleh kebangkitan Yesus Kristus sebagai Putra, Allah mengutus Roh Kudus. Kehadiran Roh Kudus dipahami sebagai penjamin sekaligus penyempurna karya keselamatan Allah yang telah dilakukan oleh Yesus Kristus sebagai Putra.

Jadi, ketiga-tiga-Nya adalah satu kesatuan. Allah yang terlibat dalam proyek keselamatan dikenal sebagai Bapa, sedangkan Allah yang melakukan tindakan penyelamatan itu secara riil dalam diri Yesus Kristus dikenal sebagai Putra, dan Allah yang menjamin, menggerakan dan menyempurnakan karya keselamatan agar tetap berlangsung hingga sekarang dikenal sebagai Roh Kudus.

Lalu pertanyaannya: "Apakah jika salah satu pribadi ini (Bapa, Putra, dan Roh Kudus) tidak ada, keselamatan tetap mungkin? Jawabannya: "Tidak!" Karena ketiga-tiga-Nya sudah ada dalam satu kesatuan sejak awal dan berlangsung abadi. Ketiganya berbeda, tetapi sama dan satu dan tidak tercampur. Lalu, bagaimana hal ini dapat dipahami secara sederhana?

Setiap analogi tentunya tidak akan memberikan penjelasan yang sempurna dan pasti tentang relasi ketigan-Nya. Pemahaman manusia akan selalu terbentur pada apa yang dapat dipahami dan apa yang tidak dapat dipahami. Kemampuan manusia dengan kata lain akan mengalami jalan buntu (aporia).

Setiap upaya menjelaskan tentang konsep trinitas selalu akan berakhir dengan suatu pernyataan, yakni Allah itu melampaui manusia dan segala kekuatan berpikirnya. Jadi, Allah adalah misteri. Apakah manusia dengan begitu tidak mau tahu tentang Allah? Dari pihak manusia, selalu ada usaha untuk memahami walaupun Allah melampaui pemahaman. Konsep trinitas sejatinya ditolak untuk didefinisikan dan dipahami secara pasti. Mengapa? Karena ketika konsep trinitas didefinisikan, ia habis.

Allah yang tidak terhingga akan hilang ketika Ia dirumuskan dalam suatu definisi. Definisi berarti memberi batasan, padahal Allah menerobos definisi dan berbagai pembatas. Allah juga tidak cukup untuk dikenal dalam kategori-kategori pemahaman. Ketika Allah dikonsepkan, Ia akan jatuh pada pereduksian -- Allah sebatas pemahamanku. Allah sama sekali melampaui konsep, definisi, dan pemahamanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun