Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Agama Buddha Setelah Kematian Buddha Gautama

26 Mei 2021   20:46 Diperbarui: 26 Mei 2021   20:50 1192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbeda dengan Theravada, Mahayana justru berusaha untuk mengisi kekurangan tersebut. Cara pandang hidup Theravada yg bernada negatif tidak dapat menjadi agama populer secara mudah. Ketika Buddhisme menjadi universal dalam semangat dan mencakup massa yang sangat luas, Theravada malah kurang dapat berfungsi.

Perubahan Status 

Seratus tahun sesudah kematian Raja Asoka terjadilah perubahan yang mendalam dan penuh dalam ajaran Buddha. Buddha yang mula-mula dipandang sebagai manusia, kemudian dilihat sebagai super-manusia. Esensi spiritualnya pun masuk dalam pantheon atau didewakan.

Meski ada perubahan yang mendasar, namun Mahayana sejak awal menyatakan bahwa tidak pernah menolak Theravada atau bagiannya. Sampai sekarang, di Cina dan Jepang Kanon Pali masih dipelajari.

Maka Dr. McGovern mengatakan: "Sementara Hinayana menganggap Mahayana sebagai suatu penyelewengan dari Buddhisme yang asli, atau lebih baik sebagai cabang yang keliru atau merosot, Mahayana memandang Hinayana tidak sebagai sesuatu yang keliru atau berlawanan pada Budhisme yang benar, melainkan hanya sebagai yang tidak sempurna, atau ajaran yang dangkal yang diajarkan oleh Sakyamuni (Buddha) kepada mereka yang tidak mampu untuk mengerti kebenaran-kebenaran yang lebih mendalam dari Mahayana."

Para penganut Mahayana selalu menyatakan bahwa Mahayana adalah perluasan dari Theravada dan bukan penggantinya. Untuk membahasa ketegangan ini, Raja Kanishka yang memerintah sekitar tahun 78-103 akhirnya mengikuti contoh Raja Asoka dengan mengadakan konsili yang keempat.

Sementara para penganut Mahayana tidak menyinggung Konsili Asoka, kecuali para Sarvastivadin, suatu sekte Theravada yang hadir pada konsili Kanishka, bersama dengan orang-orang Tibet dan Cina.

Para penganut Theravada dari Sri Langka, Siam dan Birma tidak mengakui konsili tersebut. Tujuan utama konsili tersebut adalah untuk mencoba mengharmoniskan dua aliran yang semakin menjauh. Hanya sebagian kecil usaha ini menampakkan hasilnya.

Penyebaran Buddhisme 

Budhisme sejak awal merupakan agama yang bersifat misioner. Hanya beberapa hari setelah Buddha menyampaikan Kotbah Pertama, ia mengutus para pengikutnya keliling dunia. "Go ye forth, O Bikkhus, for the gain of the many, for the welfare of the many, in compassion for the world. Proclaim the Doctrine Glorious, preach ye a life of holiness, perfect and pure."

Himbauan yang sama ditemukan dalam karya Mahayana Suara Kesunyian. Dalam buku ini dianjurkan supaya mereka menunjukkan Jalan Keselamatan kepada para pengikut meski kabur laksana bintang di malam hari. Tujuannya tdak lain agar mereka dibimbing dalam peziarahan yang sulit dan supaya mereka menerima Roti Kebijaksanaan dan biarkanlah mereka mendengarkan Hukum. Demikianlah pada perkembangannya Buddhisme berkembang ke sebagian besar negara-negara di Asia Selatan dan Asia Timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun