Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Transformasi Sosial dalam Etika Politik Paulus

7 Februari 2021   09:39 Diperbarui: 7 Februari 2021   17:33 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paulus dipercaya (dihargai dan diberi apresiasi) untuk mewartakan Injil. Di zaman itu, kepercayaan untuk mewartakan Injil tidak diberikan kepada semua orang. Akan tetapi, Paulus justru diberi kepercayaan. Inilah upah yang sebanding dengan kerja keras Paulus, yakni membuat banyak orang percaya pada Kristus yang bangkit.

Jika demikian, apa hubungannya dengan orang-orang di Korintus? Sudah menjadi rahasia umum bahwa problem mengenai apresiasi dunia kerja disembunyikan oleh kebanyakan perusahaan. Ada begitu banyak orang yang kadang dipekerjakan (laiknya budak), tanpa apresiasi apapun. Bahkan, ada yang bekerja hingga nyawa melayang. 

Fenomena ini, bisa jadi tetap dihidupi di zaman sekarang. Banyak buruh yang bekerja sehari suntuk ditambah waktu lembur, tanpa diberi apresiasi apapun. Relasi majikan -- buruh, kadang-kadang tregelincir ke relasi tuan-budak.

Ketika relasi dunia kerja antara pemilik usaha dan pekerja jatuh pada relasi tuan-budak, maka apresiasi dengan sendirinya hilang. Dalam relasi tuan-budak, tuan melihat pekerja sebagai mesin yang bertugas menghasilkan dan memenuhi target. Soal nilai luhur martabat manusia, tidak terhitung dalam logika ekonomi sang pemilih usaha. Inilah bahaya laten dalam dunia kerja -- pada zaman Paulus -- yang cenderung didiamkan.

Paulus memahami betul bagaimana logika profitable dari banyak pebisnis di Kota Korintus cenderung merusak moral dan relasi sosial. Di antara kalangan pebisnis, ada begitu banyak orang yang dieksploitasi habis-habisan (tenaga, waktu, kreativitas, keterampilan, harga diri, dan keluarga) demi upah. 

Tapi, apakah upah benar-benar diterima? Persis inilah persoalan yang hendak dikritisi Paulus. Kepada Jemaat di Korintus, Paulus mengingatkan agar praktik-praktik moral dalam dunia kerja tetap dihidupkan sebagaimana mestinya -- jangan hanya mengejar keuntungan pribadi melulu, tetapi perhatikan juga nasib para pekerja.

Hemat saya, wejangan Paulus, tetap eksis untuk zaman kita sekarang. Etika dunia kerja pada dasarnya adalah memberi apresiasi atas kreativitas dan keterampilan seseorang sambil di saat yang sama, si pekerja mampu mengaktualisasikan diri sebagai makhluk bekerja (homo laborans atau homo faber). 

Semakin besar pengharagaan atas nilai kerja seseorang, dengan sendirinya, semangat kerja seseorang akan meningkat dan mendapat ruang tuk berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun