Reaksi negatif di awal perjumpaan, biasannya hanya bisa bersifat sesaat, dan ketika tenggelam dalam dialog dan saling mengerti, kerterbukaan dan saling percaya di antara para pasien-keluarga mulai terbangun.
Kami menemukan semua bentuk pelayanan di masing-masing Rumah Sakit -RS Panti Rapih dan RS Brayat Minulya- berlangsung sangat baik. Hal ini ditandai oleh model pelayanan yang dipelihatkan oleh pihak RS, mulai dari para perawat, fasilitas RS, kebersihan serta petugas lainnya yang melayani para pasien.Â
Kesan para pasien memang beragam, akan tetapi sebagian besar mereka memiliki kesan positif dimana mereka merasa nyaman dan percaya pada proses penanganan yang dikelola oleh pihak RS.
Pelayanan RS bagi kami -- tentunya setelah berdialog dengan para pasien -- menjadi point penting sekaligus pil utama bagi para pasien dalam proses pemulihan dan menggapai harapan akan kesembuhan.Â
Salah satu faktor utama mengapa pasien memilih RS tertentu daripada yang lain, justru karena mekanisme pelayanan yang baik dan optimal. Hal ini tentunya kami alami selama berdinamika dengan para pelayan kesehatan di masing-masing RS (Panti Rapih dan Brayat Minulya).
Dalam berdinamika -- terutama mengunjungi para pasien dan keluarga -- kami menyadari bahwa tantangan untuk menjadi sesama yang menderita dan di ambang batas adalah suatu pekerjaan yang sulit. Ada begitu banyak kesulitan yang kami temukan dan kami alami sendiri ketika hadir mendampingi para pasien.
Kesulitan yang dialami pasien pertama-tama hadir dalam bentuk kesakitan fisik serta beban psikis yang setiap saat menghantuinya. Kami benar-benar larut dalam situasi dan kesibukan yang dialami para pasien dan keluarga. Kadang ada saat dimana, kami pasrah dan hanya bisa berdoa. Inilah yang menjadi kekuatan bagi kami ketika kekuatan manusiawi dan teknologi tidak lagi mampu menjawab kesulitan yang dialami seorang manusia.
Hadir sebagai keluarga yang menemani adalah salah satu sumbangan berharga bagi si pasien yang tengah dirawat. Bagi kami, kehadiran adalah salah satu bentuk kepedulian dan cinta kepada si sakit.Â
Kami memilih hadir, ikut dalam dinamika proses pemulihan pasien dan hadir membantu para perawat yang menangani pasien secara khusus. Di sinilah letak sense of love terhadap sesama dibangun direfleksikan.Â
Ketika berhadapan dengan pasien yang sekarat, kami kadang diam dan merasa diri useless. Kami memaknai kehadiran kami dalam situasi-situasi kristis tak terlihat.
Ketika para perawat dengan alat dan kemampuan manusiawinya melakukan tawar-menawar dengan Tuhan -terutama soal hidup dan mati- kami justru merasa bahwa manusia adalah makhluk yang paling dicintai dan dihormati.Â