Keempat, Yesus memilih para penjala ikan (fishermen) karena mereka memiliki elemen bargaining power. Salah satu aspek yang dimasukkan dalam list kemuridan Yesus adalah bagaimana memengaruhi orang. Jika kita bertolak ke belakang -- melihat latar belakang kehidupan para pelaut -- biasanya para nelayan atau pelaut memiliki kekuatan dalam memengaruhi para pembeli. Cara mereka "menjerat" pembeli ikan biasanya menarik dan umumnya berhasil.
Faktanya memang kelihatan. Ketika terjun ke pasar ikan (katakanlah di pesisir pantai), para penjual ikan biasanya fasih membuat penawaran. Berbagai "iklan" terkait kualitas ikan, harga, dan ukuran selalu membuat para pembeli takluk. Banyak pembeli akan "dihipnotis" atau "dibuat tak berdaya" oleh si penjual dengan kemampuan hidangan jualannya. Dalam hal ini, Yesus -- bisa saja -- melihat kualitas ini sebagai sebuah kekuatan dalam misi dan calon kemuridan-Nya ke depan. Untuk itu, Ia kemudian merekrut para nelayan.
Kelima, Yesus memilih para penjala ikan (fishermen) karena mereka tahu memanajemen waktu, kebutuhan, diri, dan ekonomi. Seorang pelaut biasanya mempunyai rencana yang matang sebelum melaut. Rencana ini dikelola dengan baik agar misi melaut tak sia-sia. Untuk itu, sebelum melaut, para nelayan benar-benar mampu membaca situasi -- arah angin, tanda-tanda alam (menunjukkan ada ikan atau tidak), mengkalkulasi persedian kebutuhan selama melaut (penerangan, bahan bakar kapal atau perahu motor), mengatur waktu dengan baik (kapan melaut dan kapan pulang ke darat) serta serta mengatur hasil tangkapan (mana yang akan dijual dan mana yang akan dikonsumsi sendiri). Semuanya dikelola dan dicermati dengan baik dalam kamus para nelayan.
Kekuatan-kekuatan ini (manajemen waktu, kebutuhan, diri, dan ekonomi) dilihat Yesus sebagai "lengan kekar" seorang pengikut. Yesus mendalami elemen penting ini, meski ia seorang tukang kayu dari pengunungan. Untuk itu, dia berupaya untuk mencari dan merekrut orang-orang demikian untuk sebuah karya misi yang lebih besar, yakni menjala manusia.
Semua usaha Yesus, tentunya tak terlepas dari upaya proyek bersama, yakni antara misi Allah Bapa dan keterlibatan manusia. Yesus tak ingin, karya misi-Nya diperjuangkan secara personal tanpa keterlibatan manusia. Yesus tahu, ada orang-orang tertentu yang memiliki bakat, kemampuan, keterampilan, dan talenta yang bisa membantu Diri-Nya dalam mewartakan Kerajaan Allah di dunia ini. Yesus tahu, manusia juga perlu ikut terlibat dalam proyek rencana keselamatan Allah.
Pada titik ini, kita boleh mengatakan bahwa sepanjang sejarah, Allah selalu melibatkan manusia dalam karya misi-Nya. Allah melalui Putra-Nya Yesus Kristus selalu ingin bekerja sama dengan manusia. Misi penyelamatan, dengan demikian adalah misi kolektif -- ada upaya dari Allah sendiri (pewahyuan) dan manusia menanggapi (iman). Konstruksi karya penyelamatan, dengan demikian bersifat relasional. Hemat saya, hal inilah yang mungkin kita bisa dalami, cermati, dan refleksikan dari kisah panggilan murid yang diperlihatkan oleh kisah Injil hari ini.
Maka, apa yang perlu dipelajari? Untuk konteks Umat Kristen, kekuatan-kekuatan yang dimiliki para nelayan bisa menjadi kekuatan yang bisa dihidupi zaman sekarang. Kelima kekuatan itu (jaringan sosial, kerja sama, keberanian, memengaruhi, dan manjemen) harus dihidupi oleh seorang pengikut Kristus. Hal yang sama juga seharusnya dihidupi oleh para gembala umat. Seorang pelayan umat ketika terjun ke wilayah manapun, setidaknya ia harus berani, mampu bekerja dalam tim, memiliki jaringan yang luas, terbuka dalam berelasi, dan mampu memanajemen apa saja.
Selamat berhari Minggu!
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H