Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Maria Menggunakan Kebebasannya Saat Mengandung dan Melahirkan Yesus Kristus? (Refleksi Menjelang Malam Natal)

23 Desember 2020   13:14 Diperbarui: 23 Desember 2020   21:54 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berhadapan dengan istilah-istilah baru seperti ini, Maria lantas memberontak. Space dialog untuk mendapat kejelasan informasi dan tanggung jawab yang akan dibuat adalah hal penting yang harus dihidupinya. Oleh karena itu, Maria memberanikan diri untuk menelisik lebih dalam. Dalam salah satu dokumennya Evangelii Gaudium (Sukacita Injil), Paus  Fransiskus menunjukkan peran Maria sebagai pewarta yang baik.

Paus memperlihatkan bahwa Maria adalah sosok yang telah berupaya berbagi sejarah dengan umat Allah yang telah menerima Injil (EG, 286). Tanpa sosok seperti Maria -- kesediaan untuk mengandung, merawat, melahirkan dan mendidik -- kita mungkin tidak sampai pada kedekatan yang intim dengan Kristus. Berkat Sabda yang menjadi daging (inkarnasi), kita mengalami Kristus.

Dan, penjelmaan ini (inkarnasi) nyata dalam tabernakel rahim Maria dengan durasi sembilan bulan. Waktu sembilan bulan tentunya menjadi kesempatan memperdalam relasi dengan Kristus. Dalam rentang sembilan bulan, Maria selalu berdialog dengan Yesus sebagai sakramen Allah yang ditempatkan dalam tabernakel rahimnya.

Lalu, Maria disebut model dialog? Rentetan percakapan Maria dalam dialognya bersama utusan Tuhan adalah kontribusi penting dalam proses interaksi dewasa ini. Dalam perjumpaan, kejutan-kejutan dan peristiwa-peristiwa misterius yang dialami Maria merupakan fenomena yang kerapkali mengantar orang pada penentuan sebuah keputusan (decision). Teologi feminis mulai mengembangkan model dialog ala Maria untuk memperjelas posisi perempuan dalam sejarah keselamatan.

Sampai di sini, saya keburu lelah. Saya memilih istirahat sejenak untuk memberi penjelasan. Soal bagaimana teologi dialog ini diberi penekanan dan penjelasan lebih, saya perlu rehat. Agaknya, tak cukup mengantar sampai di sini. Tapi, saya yakin, jika Anda membaca dan mengendapkan kisah dialog Maria dan Malaikat Tuhan, Anda pasti tak akan buru-buru untuk ke belakang dan memilih rehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun