Cicero adalah orator dan negarawan Romawi Kuno yang umumnya dianggap sebagai ahli pidato dan prosa. Dalam konteks rumah kita (Indonesia), aku sebagai penghuni dan instrument monitor negara harus memberikan setidaknya kontribusi ada-ku. Tentunya bukan hal buruk yang hendak dijepretkan dalam monument skala makro seperti negara.
Menyadari ada-ku sebagai pribadi yang bereksistensi dan dibesarkan dalam asuhan negara, aku harus memberikan diriku sebagai keterlibatan aku sebagai subjek aktif -- bukan pasif -- dalam bernegara. Aktif dalam hal ini adalah lebih pada aspek kontrol sosial (social control). Sebagai warga negara aku harus berani menjadi pelaku perubahan -- konteks ketidakadilan dalam bernegara, kriminalisasi, penciptaan gap yang amat menyundul langit, upaya kesejahteraan, dll.Â
Kontrol sosial adalah hal ekstrim, menimbang adanya musuh atau rival yang pro kejahatan. Oleh karena itu, perlunya pengetahuan akdemik dan kerja sama mambangun organisasi. Usaha, entah sebaik apapun motif dan tujuaannya jika berhadapan dengan rival yang berkuasa pasti akan runtuh. Artinya, kekalahan sudah diprediksi sebelum berperang. Lawan yang diketahui berbobot puluhan ton kekuasaan dan kaki tangan harus menjadi saingan berat (arch rival).
Keterlibatan dan sumbangsih aku terhadap negara adalah penting. Subangsih berarti untuk negara biasanya juga datang dari generasi muda sebagai arsitek masa depan bangsa. Jika rancangannya bagus -- prediksi kokoh wadas negaranya, berprikemanusiaan, berprikeadilan dan menjunjung tinggi harkat dan martabat individu -- dijamin akan membawa maskapai penerbangan bangsa ke arah yang positif. Sadar sebagai penghuni negara (Indonesia) seyogianya, aku mampu memberi -- tidak hanya menerima.Â
Warga Negara yang baik juga adalah mereka yang selalu mengedepankan semangat altruisme -- semangat pengorbanan, tanpa pamrih. Jika melirik ke masa lalu sejarah perjuangan bangsa, para pejuang kita lebih dilihat sebagai pahlawan revolusioner ketimbang yang ada sekarang.Â
Tanpa mereka kita tidak akan pernah menikmati apa yang ada sekarang. Oleh karena itu, seorang warga negara yang baik adalah dia yang tidak pernah melupakan sejarah bangsa dan negaranya. Ingat slogan Jasmerah, Bung Karno! Sumbangsih lain adalah aspek kepatuhan atau ketaatan hukum. Indonesia adalah negara hukum.Â
Sebagai penghuni rumah Indonesia, sepatutnya kita patuh terhadap hukum. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kontribusi kita sebagai warga negara yang baik adalah ikut menyumbangkan dan mengekspos orang-orang yang berintegritas dan berkarakter baik demi pembangunan bahtera bangsa. Stok orang baik di Indonesia masih banyak. Jangan memilih orang cacat memimpin biduk bangsa ini.
Produk Warga Negara yang MaksimalÂ
Sebetulnya memunculkan pribadi-pribadi yang berintegritas dan berkarakter dalam sebuah negara adalah tugas pendidik. Negara hanya menyuplai fasilitas demi pendidikan penempaan produk-produk negara yang maksimal -- berintegritas, berkarakter, berjiwa pemimpin, tegas, sederhana, rajin, bermoral dan terdidik.Â
Dua hal terakhir (education and moral) selalu menjadi problem krusial kebangsaan. Untuk memproduksi manusia-manusia yang makksimal seperti yang diturunkan di atas, maka diperlukan tanur (forge) fasilitas tempa dan penempa itu sendiri. Oleh karena itu, dapur-dapur produksi di bawah ini menjadi semacam titik perhatian, yakni:
- Kelurga
Kelurga adalah tempat pembentukan awal seorang pribadi. Keluarga adalah lembaga pendidikan dasar bagi seorang manusia. Meski seseorang sudah sampai pada tahap sekolah, keluarga selalu menjadi bayang-bayang formasi pendidikannya. Keluarga menjadi tempat manusia fajar ditempa dan tentu memberi pengaruh signifikan di masa yang menjemput. Pendidikan kerakter dan moral juga dibangun di institusi mikro ini.
- Lingkungan