Kado itu sebetulnya akan diberikan (diumumkan) saat selebrasi satu tahun kepemimpinan Jokowi-Maruf pada Selasa (20/10/2020). Upacara bungkus kado di Senayan memang dengan skenario surprise - biar nanti tetap jadi surprise cita-cita Kabinet Indonesia Maju saat menginjak usia 356 hari.Â
Akan tetapi, kado ini disobek paksa, dibuka ke umum sebelum waktunya. Isi kado diviralkan dalam keadaan yang tak utuh. Kado pun membawa resah, ricuh, dan aksi tindakan anarkis. Di tangan warganet dan para pendemo, kado diobrak-abrik, hingga isinya tak lagi sesuai maksud Jokowi dan Maruf.
Tepat Selasa (20/10/2020) kemarin, masa kepemimpinan Joko Widodo -- Maruf Amin genap berusia satu tahun. Sejak dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia pada 20 Oktober 2019 lalu, Jokowi dan Maruf menggotong harapan besar. Poin penting yang diutarakan Jokowi-Maruf tak lain soal pemberdayaan sumber daya manusia (SDM). Episentrum target ini menjadi penting mengingat Indonesia mulai menuju negara maju. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diyakini mampu menembus level 6-7% pada periode kedua kepemimpinannya. Ini bukan cuma ambisi, tapi kiat optimistis.
Untuk menggapai target yang dicanang, Jokowi-Maruf membentuk sebuah kabinet kerja. Ia memberi nama kabinet di periode berikutnya sesuai dengan pilar pertama yang menjadi target kepemimpinannya. Ketika arah yang hendak dicapai adalah soal pemberdayaan SDM yang unggul dan dinamis, maka Jokowi-Maruf membaptis kabinetnya dengan nama Kabinet Indonesia Maju. Pada periode sebelumnya (2014-2019), Jokowi mempunyai target pada pemberdayaan ekonomi (pembenahan insfrastruktur, pemerataan pembangunan, pembenahan sarana dan prasarana pembangunan). Dari visi ini, kabinetnya pun dibaptis dengan nama Kabinet Kerja.
Prospek Kabinet Indonesia Maju lahir dari prioritas Jokowi-Maruf dalam pidato pembuka sekaligus pelantikan menjadi kepala rumah tangga Republik Indonesia. Arah berpikir Jokowi-Maruf tak hanya sampai pada lima tahun masa kepemimpinan. Targetnya hingga ke 2045 -- sesuatu yang patut diberi apresiasi.Â
Potret pemimpin sebelumnya, hemat saya, tak sejauh apa yang dicita-citakan Jakowi-Maruf. Mimpi itu dijabarkan demikian: "Indonesia keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah dan Indonesia telah menjadi negara maju." Sejauh ini, data kalkulasi produk domestik bruto (PDB) Indonesia mencapai angka 7 triliun dollar AS dan Indonesia sudah masuk 5 besar ekonomi dunia dengan kemiskinan mendekati nol persen.
Hemat saya, target ini sungguh visioner. Seorang Jokowi dengan kaca mata masa depan bekerja keras menggotong semua upaya agar semua target yang disudah direncanakan bisa tercapai. Upaya ini pun, patut diberi dukungan dari semua warga negara. Kita harus bergandengan tangan agar visi pemberdayaan SDM laiknya orientasi kepemimpinan Jokowi-Maruf secepat mungkin didaratkan. Untuk itulah, Jokowi-Maruf berinisiatif membuka sebuah kebijakan baru melalui upaya perampingan regulasi.
Apakah target Jokowi hanya sebatas konsep? Tentunya tidak. Jokowi-Maruf bekerja dengan bukti. Keduanya tak mau cita-cita menuju masyarakat maju-produktif dikekang ruang berpikir sempit. Jaokowi-Maruf berani membongkar stigma, label, nuansa konservatif, dan berusaha keluar dari jeruji penyangga diri.Â
Bagi Jokowi, sejak ia menahkodai Indonesia pada 2014-2019, problem terbesar kemandekan kita menuju pertumbuhan dan perkembangan ada pada sembelit kebijakan-regulasi. Gurita regulasi yang cenderung menutup diri, membuat Indonesia sulit dijajaki investor dan kadang tak dilirik branda investasi. Jokowi mengamini kendala ini dalam ruang gerak kepemimpinannya selama 5 tahun belakangan. Maka, prospeknya, semua regulasi ini bisa dirampingkan pada periode kedua kepemimpinannya.
Hari Selasa (20/10/2020), masa kepemimpinan Jokowi-Maruf (Kabinet Indonesia Maju) menginjak usia setahun. Dalam buku agenda Jokowi-Maruf, di usianya yang ke-365 hari, keduanya akan membuktikan niat cita-cita menuju masyararakat produktif-maju dengan sebuah proyek besar. Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja. Inilah hasil yang sebetulnya mau diberikan kepada masyarakat Indonesia di hari jadinya yang pertama. Cita-cita Jokowi-Maruf yang berorientasi pada upaya membangun SDM yang pekerja keras dan dinamis diharapkan mulus dengan adanya Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja.
Kado ini dipersiapkan. Memang benar-benar dipersiapkan. Dari awal pembahasan, pencermatan, koreksi, kritik, hingga pengesahan dilakukan dengan sungguh hati-hati. Ketika disahkan, Omnibus Law sengaja tak diinformasikan (konferensi pers) karena memang Jokowi-Maruf berencana akan mengumumkan Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja sebagai kado di usia kepemimpinannya selama setahun. Pengumuman resmi seharusnya dilakukan kemarin, Selasa (20/10/2020). Waktu yang dipilih memang tepat dengan momentum ziarah pelayarannya selama 365 hari pelayarannya.
Akan tetapi, surprise kado usia kepemimpinan tiba-tiba dibradel massa. Bungkusan kado, sejak Senin (5/10/2020) mulai dirobek, dibuka secara paksa, dan diperlihatkan isinya tanpa orientasi yang jelas (penuh provokatif dan hoax). Mereka yang merebut kado berisi -- Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja -- membeberkan isi kado ke mana-mana.Â
Dibantu media sosial, isi kado dipost, diunggah, dan diviralkan ke seluruh jagat media sosial dengan sedikit dibumbui "caption" biar menarik perhatian publik. Para perebut kado tak sedikit menginformasikan kepada publik soal isi kado dengan versinya masing-masing. Ada yang mengatakan isi kadonya tak menarik. Hal inilah yang membuat semua penghuni republik ini riuh, marah, berdemo, dan bertindak anarkis.
Kerena semakin riuh, ricuh, dan anarkis soal isi kado yang kebenarnya masih seumuran jagung, Jokowi terpaksa buka suara. Alhasil kado dibuka tanpa momentum. Alhasil kado dirobek secara paksa demi menenangkan massa. Kado yang seharusnya dibuka pada momen satu tahun kepemimpinan Jokowi-Maruf, terpaksa tak jadi surprise karena pandemi disinformasi. Jokowi merasa terpukul, isi kado dirampas, disobek, dibuang, dan dibungkus ulang dengan balutan provokatif, fitnah, dan hoax. Sesuatu yang memang di luar skenario selebrasi.
Pada Selasa (20/10/2020) kemarin, massa (buruh dan mahasiswa) mendesak agar kado suprise berisi Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja dibungkus ulang. "Tolak kado Jokowi-Maruf. Tolak Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja!" Publik menilai isi kado tak menarik dan mengandung "racun." Katanya ada banyak pasal yang merugikan pihak-pihak tertentu dan merusak masa depan buruh. Berita ini pun diteruskan dari mulut ke mulut. Meski sudah diclear dengan penjelasan para anggota kabinet dan Jokowi sendiri, pikiran dan hati massa sudah terlanjur diracuni berita. Tak mudah dikendalikan.
Jokowi menyimpan kado. Ia membungkusnya kembali. Tak ada yang diganti dari isi kado. Jika kadonya memberatkan publik, Jokowi menganjurkan agar publik bisa menghampiri Mahkamah Konstitusi. Jalur ini adalah solusi akhir dari aksi tolak kado Jokowi-Maruf menuju Indonesia Maju. Meski kado ini tak diberikan dalam selebrasi momentum setahun kepemimpinannya bersama Maruf Amin, Jokowi tetap optimis bahwa kado yang sudah dipersiapkan akan menyejahterakan bangsa dan negara. Indonesia maju!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H