pelatihan intensif yang dirancang untuk memberikan solusi praktis atas kendala dalam pengelolaan usaha kuliner.Â
Dalam upaya meningkatkan kemandirian ekonomi keluarga melalui pemberdayaan kewirausahaan, ibu-ibu Dasa Wisma Pakal Madya Permai di RT.003, RW.002, Kecamatan Pakal, Surabaya, telah mengikutiProgram ini adalah bentuk pengabdian masyarakat yang diusulkan oleh tim dosen Universitas Ciputra Surabaya dan didanai oleh Hibah Internal LPPM Universitas Ciputra Surabaya.Â
Program ini digagas oleh Dr. Maria Asumpta Evi Marlina, S.E., M.M., CMA, sebagai ketua tim pengusul, bersama Dr. Adi Kurniawan Yusup, S.E., M.M., dan Kristian Agung Nugraha, S.Si., M.Par., yang didukung oleh enam mahasiswa. Dengan menggabungkan keahlian lintas bidang---akuntansi, manajemen keuangan, dan bisnis kuliner---tim ini memberikan pelatihan komprehensif mencakup inovasi produk, pengelolaan keuangan, dan pemasaran digital.
Kegiatan ini berlangsung di Kelurahan Pakal, Kecamatan Pakal, yang berjarak sekitar 6,5 kilometer dari Universitas Ciputra. Selama beberapa minggu pelaksanaan, peserta menerima pelatihan tentang cara menghitung Harga Pokok Produksi (HPP) dengan benar, menentukan harga jual yang kompetitif, memanfaatkan alat pemasaran digital, dan menciptakan inovasi pada produk unggulan mereka, seperti bolen pisang.Â
Menurut Dr. Adi Kurniawan, pelatihan pengelolaan keuangan menjadi langkah awal yang penting untuk memastikan keberlanjutan usaha. "Penghitungan HPP dan penentuan harga jual yang tepat adalah fondasi dalam pengelolaan bisnis. Ini membantu para ibu memahami struktur biaya mereka sehingga mereka bisa memastikan keuntungan yang optimal," ujarnya.
Kristian Agung Nugraha, yang memiliki kompetensi di bidang kuliner, memberikan pelatihan inovasi produk yang bertujuan agar ibu-ibu Dasa Wisma mampu menciptakan variasi baru dari bolen pisang yang sesuai dengan tren pasar. "Kami ingin memastikan bahwa produk mereka tidak hanya menarik, tetapi juga memiliki nilai tambah yang mampu bersaing di pasar modern," ungkapnya.Â
Dalam pelatihan tersebut, ibu-ibu diajarkan untuk mengubah resep tradisional bolen pisang dengan menggunakan bahan berkualitas tinggi.Â
Salah satu inovasi utama adalah mengganti mentega kuning dengan mentega putih dalam proses layering puff pastry. Dengan mentega putih, tekstur puff pastry menjadi lebih ringan, berlapis-lapis sempurna, dan memberikan sensasi renyah saat digigit. Sementara itu, penggunaan mentega kuning sebelumnya cenderung menghasilkan tekstur yang lebih berat, padat, dan berminyak, sehingga kurang sesuai untuk produk premium.
Selain itu, peserta juga menciptakan isian baru seperti kombinasi rasa coklat-kacang dan keju-daging, yang memperkaya cita rasa. Inovasi lainnya adalah pengembangan bolen mini yang praktis untuk acara kecil dan bolen premium yang menggunakan bahan unggulan seperti coklat couverture alih-alih meses atau compound biasa.
Tim juga memberikan pelatihan pemasaran digital yang dipimpin oleh Dr. Adi Kurniawan. Para peserta diajarkan cara memanfaatkan media sosial, seperti Instagram dan WhatsApp Business, untuk memperluas jangkauan pasar mereka. Strategi ini terbukti efektif, karena beberapa peserta melaporkan peningkatan pesanan setelah mulai memasarkan produk mereka secara online.Â
Tidak hanya dari segi pengetahuan, dukungan alat produksi seperti oven listrik multifungsi, loyang, baking mat, dan timbangan digital juga diberikan untuk meningkatkan kapasitas produksi mereka. "Alat-alat ini dirancang untuk mendukung produksi skala kecil yang lebih efisien, sehingga mereka bisa memenuhi permintaan yang meningkat," kata Kristian Agung.