Mohon tunggu...
Kristian Ndori
Kristian Ndori Mohon Tunggu... Dosen - Menulis tentang sastra dan sejarah.

Membaca dunia dengan gayung Kiri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gemuruh Suara Karkid

13 Juli 2023   22:17 Diperbarui: 13 Juli 2023   22:48 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kita tentu jarang mendengar kata karkid. Ternyata karkid sama artinya dengan kupu-kupu malam,wanita tunasusila,pelacur,balon,dan psk. Adalah mereka yang bekerja dan bertugas untuk melayani aktivitas seksual dengan tujuan untuk mendapatkan upah atau sangu dari siapa yang telah memesan dan memakai jasa pelayanan mereka.

Saya akan sedikit berbincang terkait karkid melalui sebuah kisah. Cerita dibawah adalah sebuah cerita kisah nyata seorang wanita yang bekerja sebagai wanita tunasusila dan puji Tuhannya sekarang dia sudah bertaubat dan sudah berkeluarga. Dia sudah mempunyai dua orang anak dari suaminya yang sangat dia kasihi. Kami pun berkerabat sampai sekarang.
Selamat membaca!

"Sebuah  keniscayaan terjadi di depan mataku. Mereka membawa nuansa kemarahan sembari menekan pundak kananku. Sejenak menjerit usai dikepal seorang pemuda berwajah sangar. Aku ingat apa yang dia katakan : "Jangan ikut campur urusan saya". Kalimat ini terus mengiang dalam benak-Ku seakan hanyalah dia dan aku yang berada dalam ruang indramayu tubuhku".

Penggalan kalimat diatas adalah sebuah kejadian nyata yang saya alami di Kota Surabaya. Saya masih ingat ketika saya sedang makan disebuah warung kecil di Kota Surabaya. Waktu itu sekitar pukul 12:30 malam. Adapun hanya kami bertiga yang sedang duduk di lesehan warung itu. Asyiknya perbincangan malam itu membuat saya sedikit nyaman untuk berinteraksi dengan pemilik warung. "Saya dulu kayak sampean mas, waktu masih muda saya senang berkelana ke Kupang, Ambon, Sumba,dan bahkan sampai Jayapura",curhat pak Khoirul selaku pemilik warung.

Beragam pengalaman dan pengetahuan tentang kehidupan sosial yang dialami oleh beliau sendiri. Keakraban semakin mengikat sembari mendapatkan guyonan khas Madura. Saya merasa senang sekali. Setelah berjam-Jam bercerita, tawa dan gurau yang kami kelukkan pun tiba-tiba meredup karena ada seorang lelaki bujangan yang mencoba untuk memberhentikan seorang wanita muda yang mencoba untuk menghindar dan mengelak dari hadapan lelaki itu. 

Wanita itu seakan merasa terancam karena terus-terusan di ganggu oleh lelaki itu. Pak Khoirul pun menghampiri sembari bertanya "Enek opo mbak",tanya beliau. Sembari berkemas dan langsung membayar makanan ke istrinya pak Khoirul saya pun ikut menghampiri. "Bukan urusan kalian ya",sahut pemuda itu.

Wanita itu pun langsung mengatakan bahwasannya dia mau di perkosa. Sontak saya sama pak Khoirul pun kaget dan tercengang. Tanpa basa basi lelaki itu langsung di tampar dan dihajar sama pak Khoirul. Wanita itu langsung mengelak dan memegang tangan saya seakan membutuhkan pertolongan penuh. Tangannya sangat gemetar karena ketakutan. Setelah mendapat beberapa pukulan alhasil lelaki itu langsung melarikan diri menggunakan sepeda Vario-nya.

Kemudian wanita itu dipersilahkan duduk sama istrinya pak Khoirul. Sembari meneguk segelas air,saya pun memberanikan diri untuk bertanya apa penyebab wanita itu hampir mau di Perkosa. Setelah tegukkan kedua, wanita itu pun mulai berkata beriringan dengan linangan air mata yang berkaca-kaca.

Ternyata wanita itu ditipu oleh lelaki yang hendak memakai jasanya untuk keperluan sesksual. Lelaki itu menjanjikan akan membayar satu setengah juta jika wanita itu mau menginap di kamar kosan-nya. Ketika mereka sampai disana ternyata sudah ada empat orang pria yang sudah lama menunggu kedatangan mereka. Seakan tau apa yang akan terjadi wanita itu pun langsung berbalik dan berusaha lari dari pintu kamar kosan itu. Hingga akhirnya bertemu dengan kami di warung pinggiran jalan.

Wanita itu adalah seorang pekerja seks komersial yang sudah tiga tahun menetap di kota Surabaya. Dia memilih pekerjaan itu dikarenakan tidak ada pilihan lain karena dia sangat membutuhkan uang dalam waktu yang relatif singkat. Wanita itu membiayahi sekolahnya dan semua kebutuhan hidupnya serta tidak lepas dari tanggung jawabnya sebagai seorang kakak untuk adik-adiknya yang masih berusia dibawah lima belas tahun dan masih duduk di bangku sekolah.

Kerap beberapa kali dia mengusap air matanya. Sembari mengambil beberapa helai tissue kepadanya saya mengucapkan beberapa kata untuk membantu menenangkan pikirannya. Alhasil dia merasa membutuhkan beberapa patah kata yang saya ucapkan. Saya memberitahunya agar dia sedikit demi sedikit mengumpulkan keberanian supaya terlepas dari apa yang diselimutinya. 

Tidak bisa berkata-kata dan hanya menangis dan meratap betapa hancur dan rapuhnya dirinya. Wanita itu terus memandang-ku dengan tatapan penuh makna. Aku pun terus melancarkan beberapa advice dan feedback agar dia semakin meluapkan dan memberikan semua penyesalannya kepada-ku. Tidak dapat menahannya. Berteriak histeris dan terseduh-seduh atas apa yang merayap dibelaian pipinya.

Saya menyarankan agar dia membuat sebuah Curriculum Vitae dan beberapa surat lamaran agar dia bisa mengajukkannya dibeberapa tempat seperti rumah makan dan caffe,tidak lupa saya memberikan arahan untuk bekerja sebagai Sales Promotion Girls atau SPG karena parasnya sangat cantik. Mungkin saja bisa membantunya melancarkan penawaran beberapa product kepada costumer karena keperawakannya yang anggun dan sangat menjamin akan ketertarikan pelanggan untuk menghamprinya. Ini dikarenakan syarat untuk menjadi Sales Promotion Boy/Girls ya harus Good Looking. 

Namun, itu belum sepenuhnya berhasil karena wanita itu mengatakan bahwa dia akan memikirkannya nanti. Saya sedikit riang karena dia mau menerima feedback dari saya. Tidak lupa dia meminta nomor handphone-ku dan mengatakan kalau nanti dia akan membutuhkanku. Sembari memegang dan mengetik di-handphonenya, aku sekalian bergegas untuk pulang ke Malang. "kalau kamu lagi boring, telpon aku gpp kok",ucapku agar dia kembali membaik.

"monggo pak,ibu,mbak, aku balik dulu ya,maturnuwun nggih". Sekian...

Beberapa hari ini saya terus memikirkan tentang permasalahan dari kisah diatas. Saya merasa kebingunan dengan para pekerja seks komersial. Apakah dengan begitu mereka akan Bahagia?apakah dengan begitu mereka akan nyaman?apakah dengan begitu mereka merasa tidak berdosa?apakah dengan begitu mereka merasa bangga?apakah dengan begitu mereka merasa puas? Gimana menurut kalian teman-teman?

        Saya pernah bertanya pada teman saya terkait apa pandangannya terhadap orang-orang yang memperagakkan pekerjaan tersebut. Dia sejenak tercengang dan tersenyum mendengar pertanyaan yang saya lantunkan. Ini dikarenakan saya tiba-tiba bertanya tentang para Karkid.

Dia mencoba menjawab pertanyaanku dari berbagai perspektif. Yang pertama terkait kepribadian. Bisa saja para Karkid melakukan itu karena dia merasa nyaman dan senang jika melakukan hubungan intim dengan orang-orang yang presentasinya banyak yang tidak di-kenalinya. Itu membonceng pada Hasrat atau fantasi yang dia dapatkan. 

Jika kita berpaling dari untaian diatas,sebenarnya itu adalah hal yang tidak wajar dan tidak pantas untuk dibuahi. Berbagai relasi seperti keagamaan dan hukum sangat menentang keras perbuatan itu.

 Seperti yang dikatakan oleh Ustaz Muhammad bahwasannya menjual diri melalui online atau secara langsung,adalah sebuah perbuatan yang terhina dan diharamkan oleh Allah SWT. Hal ini termasuk sebuah pelanggaran  terhadap beberapa norma seperti norma adat,norma kesopanan,norma kesusilaan,norma agama dan norma hukum. Gemuruh tangisan dunia yang melihat fenomena kehidupan yang tidak bisa hilang dari zaman ke zaman. Fakta mengatakan bahwa profesi Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan profesi tertua dalam peradaban dan kebudayaan manusia.

Salah satu bukti bahwa prostitusi sudah ada ribuan tahun lalu adalah naskah Alkitab. Disebutkan, tentara Israel dahulu punya banyak istri dan selir. Raja Solomon dikenal punya 700 istri dan 3.000 selir. Pada masa Romawi Kuno, orang sudah bisa membeli seks dengan koin. (kompas.com)

Kita kembali ke jawaban teman saya diatas. Dia kembali mengatakan dengan jawaban dari perspektif Sosialitas. Presentasi terbanyak adalah karena kondisi social ekonomi. Mereka melakukan pekerjaan itu karena kondisi keuangan yang sedang rentan atau bahkan tidak mempunyai uang sama sekali. Mereka memilih jalan gelap untuk memenuhinya.

Adapun hal ini terkait dengan konteks kegagalan sebuah negara dalam mengontrol kandungannya. Negara kurang berkontibusi untuk memberikan beragam lowongan pekerjaan kepada mereka yang menaungi ruang induk wilayah. 

Minimnya pemberdayaan lowongan pekerjaan membuat beberapa orang berniat menciptakan pekerjaan dengan cara mereka sendiri. Entah itu suatu pekerjaan yang legal maupun unlegal. Hal ini sangat berkaitan dengan kriminalisasi yang acap kali terjadi disekitar kita. Bentuk tindakan criminal seperti perampokan,pembunuhan,bahkan prostitusi adalah karena kewalahan dan kegigihan beberapa orang yang tidak memiliki aktivitas tetap. Mereka melakukan hal itu untuk mencari kepuasan diri tanpa memikirkan orang lain.

Terkait prostitusi diatas,ada baiknya kita sama-sama mengajak dan memberikan pemberdayaan lowongan pekerjaan yang meluas dan  penuh agar mereka kembali pada jalan yang benar adanya. Ya Allah, jauhkan dari hal-hal jahat dan nafsuh yang menyelumbung pada batin dan naluri mereka yang sedang mengembara pada relung dunia ini, Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun