Kepemimpinan Bermartabat dalam Strategi Konvergensi,Martabat, bagi Ki Hajar Dewantara, adalah kemampuan untuk tetap berdiri teguh dalam nilai-nilai luhur bangsa sambil berinteraksi dengan dunia luar. Dalam strategi konvergensi, martabat ini diwujudkan melalui:
1. Penghormatan terhadap Budaya Lokal
Ki Hajar Dewantara percaya bahwa budaya lokal adalah fondasi pembangunan. Melalui sistem pendidikan yang ia rancang, nilai-nilai seperti gotong royong, sopan santun, dan cinta tanah air diajarkan sebagai dasar dalam menghadapi arus globalisasi. Ia menegaskan bahwa bangsa Indonesia harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
2. Pendidikan untuk Kemandirian
Salah satu ciri kepemimpinan bermartabat adalah kemampuan menciptakan generasi yang mandiri. Taman Siswa mengajarkan keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, sambil tetap menanamkan rasa nasionalisme yang kuat. Dengan cara ini, martabat bangsa dijaga melalui pendidikan yang membebaskan, bukan memperbudak.
3. Pembangunan yang Berbasis Nilai
Prinsip konsentrisitas Ki Hajar Dewantara memastikan bahwa pembangunan dimulai dari inti yang kuat sebelum diperluas ke tingkat nasional dan global. Hal ini mencerminkan martabat bangsa yang tidak tergesa-gesa meniru bangsa lain, tetapi fokus pada pengembangan potensi diri terlebih dahulu.
Relevansi Trikon dalam Era Modern
Konsep Trikon Ki Hajar Dewantara tetap relevan dalam menghadapi tantangan era globalisasi. Dalam dunia yang semakin terhubung, strategi konvergensi yang berintegritas dan bermartabat dapat diterapkan untuk:
Mengelola Teknologi dan Inovasi dengan Bijak Teknologi modern dapat diadopsi untuk mempercepat pembangunan, tetapi harus disesuaikan dengan kebutuhan dan nilai-nilai lokal agar tidak menjadi alat yang merusak budaya.
Meningkatkan Daya Saing Global Tanpa Kehilangan Identitas Indonesia dapat menjadi pemain utama di tingkat global dengan memanfaatkan keunikan budayanya sebagai daya tarik sekaligus modal.