Mohon tunggu...
Kristiadji Rahardjo
Kristiadji Rahardjo Mohon Tunggu... Dosen - manusia biasa yang mendamba cinta hadir di dunia; suka membaca, traveling, fotografi, main biola dan badminton

manusia biasa yang mendamba cinta hadir di dunia; suka membaca, traveling, fotografi, main biola dan badminton

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena "Cyber Religion"

26 Juli 2018   07:00 Diperbarui: 26 Juli 2018   14:55 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itu menjadi tanggungjawab global (termasuk orang beriman dan beragama) yang dihadapi oleh seluruh manusia di muka bumi ini. Untuk itu dibutuhkan kesadaran akan realitas global, sikap inklusif-pluralis, saling menghormati dan dialog yang transformatif. Dalam konteks inilah, situs-situs yang "mengancam" kemanusiaan, keimanan (religiositas) dan keutuhan alam itu menjadi salah satu tantangan global (di antara sekian banyak yg lain: kemiskinan, ketidak adilan, perang, terorisme, pengrusakan alam, pemanasan global, dll) yang harus dihadapi agama-agama. 

Dialog yang korelasional dan bertanggungjawab secara global (pandangan Paul F. Knitter) kiranya perlu dibangun sebagai suatu pilihan untuk menghadapi tantangan global tersebut. Dasarnya adalah suatu "etika global" yang dibangun dari konsensus bersama tentang nilai-nilai pengikat dan sikap dasar yang dikukuhkan oleh semua sistem kepercayaan (agama), bahkan oleh kaum non-beriman (Hans Kung, 1997, A Global Ethics for Globa Politics and Economics). 

Nilai-nilai etis yang bersifat universal itu misalnya kebenaran, keadilan, perdamaian, kemanusiaan, cinta lingkungan dsb. Nah, dialog semacam itu kan bisa "dipromosikan" juga lewat media informasi dan komunikasi yang  efektif dan efisien.  

9. Kita tahu Teori Benturan Antarperadaban Huntington begitu menghipnotis masyarakat Muslim juga Barat atau Eropa. Pendapat Romo terkait dengan hipotesis itu?

Menurut saya, pandangan Huntington terlalu pesimis terhadap dunia yang diramalkannya akan terjadi konflik peradaban. Dia meragukan kebenaran tesis Fukuyama tentang akhir konflik ideologi antar manusia (pasca perang dingin dan runtuhnya tembok Berlin). Tesis Huntington itu tentu masih bisa diperdebatkan. Artinya tidak seluruhnya benar, misalnya pandangannya tentang Islam yang secara intrinsik tidak demokratis, sebaliknya peradaban barat sangat demokratis. 

Pandangan semacam itu bisa mengakibatkan hubungan Barat dan Islam seakan-akan bermusuhan. Bahkan pandangan itu bisa membenarkan kebijakan negara barat (seperti AS dengan kapitalismenya) untuk "menindas" umat Muslim. Menurut saya, Islam sangat mendukung toleransi, demokrasi, penghormatan HAM dan keutuhan ciptaan. 

Oleh karena itu pandangan Huntington tentang benturan peradaban itu mestinya didekonstruksi dengan membangun suatu peradaban publik (global) yang dilandaskan pada nilai-nilai universal kemanusiaan. Nilai-nilai kemanusiaan itu dapat diletakkan sebagai dasar bagi suatu tatanan dunia yang lebih manusiawi dan berwawasan ekologis.

10. Lebih mengerucut lagi, apakah Anda optimis dengan fenomena cyber religion yang meluluhlantakkan otoritas keagamaan?

Saya kok tetap optimis, sejauh agama-agama dapat melakukan koreksi diri, terus memperbaiki diri (semper reformanda), dan mengkontekstualisasikan dirinya di tengah kehidupan nyata. Agama akan ditinggalkan bila tidak mampu memberikan "jawaban" atas pertanyaan-pertanyaan (problem) eksistensial manusia. Bila agama dapat melakukan itu semua, saya yakin kehidupan beragama akan semakin baik. 

Apalagi bila umat beragama dapat menghayati iman yang sejati, bukan sekadar formalistis, saya optimis agama tidak membawa mudarat tapi manfaat bagi penganutnya, bahkan bagi siapa saja. Saya berharap Islam juga bisa menjadi rahmat il allamin bagi dunia.

11. Perlukah situs-situs keagamaan sebagai representasi cyber religion diatur oleh negara? Mengapa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun