Lagian, mau diamuk seradikal apa pun, mantan yang dicintai sepenuh jiwa raga juga nggak bakal mau kembali ke haribaan sampeyan. Dia lebih memilih yang lain dan itu kenyataan. Getir memang, tapi mau tidak mau harus dihadapi juga kan?
Jadi, rasanya kok percuma saja ngamuk-ngamuk bak orang kesurupan model begitu. Lagi pula, situ bukan satu-satunya mamalia di Tanah Air yang ditinggal menikah lho, Mas. Banyak juga di luaran sana yang mengalami nasib yang sama. Ambil positifnya saja, situ masih waras jasmani (meskipun bisa jadi rohaninya agak anget), sebab saya punya teman yang ujungnya gila karena asmara. Orangnya cantik dan rajin ngaji, tapi belakangan sering prengas-prenges sendiri. Ngeri.
Kalau ngerasa masih pengen ngamuk, ya silakan. Tapi tolong dicatat ya, ngamuklah dengan sopan dan elegan. Coba tekuni sesuatu yang bisa bikin senang. Kalau hobinya tidur, ya tidurlah sepuas mungkin. Kalau senang mancing, ya mancinglah sampai bisa bawa pulang ikan duyung.
Saya nggak nyuruh sampeyan buat ikhlas, rela, dan menerima segala teori patah hati lainnya lho ya, sebab saya sendiri juga belum bisa sepenuhnya ikhlas melepas mantan saya yang menikah belum lama ini. Tapi gini, ada satu hal yang perlu disadari dan tolong jangan dieyeli; bahwa seradikal apa pun kita ngamuk, seanarkis apa pun kita protes, tetap semua tidak akan mengubah keadaan. Dia sudah jadi milik orang lain. Tuhan saksinya. Lalu, kita mau apa?
Terakhir, berbahagialah karena masih bisa merasakan cinta sedalam itu meskipun pada akhirnya kalian tidak bisa bersama. Sebab kata Mbah Pram, mereka yang bisa mencintai sebegitu kuat berarti bukan boneka.
Wis ah. Sing sabar yo, Mas. Semoga segera diberi ganti yang lebih semledot. Amin