Mohon tunggu...
Kristal Pancarwengi
Kristal Pancarwengi Mohon Tunggu... Editor -

Akun ini sudah tidak aktif dan tidak akan pernah aktif lagi di Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ngamuklah dengan Elegan Saat Ditinggal Mantan ke Pelaminan

11 Mei 2016   10:17 Diperbarui: 11 Mei 2016   11:52 1058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurun beberapa hari terakhir, jagad maya dihebohkan dengan sebuah video amatir seorang pria yang digebuki rame-rame setelah dirinya kedapatan ngamuk di sebuah resepsi perkawinan—yang belakangan diketahui sebagai resepsi pernikahan mantan pacarnya sendiri.

Publik pun ikut geger. Lalu seperti biasa, netizen sibuk menyinyiri tindakan nekat yang dilakukan pria ini. Tidak puas nyinyir, mereka bahkan menertawakan kejadian konyol tapi cukup bikin trenyuh ini. Lagian kalau masih cinta, kenapa pakai acara datang ke kawinan mantan segala sih?

Saya sendiri awalnya mengira berita tersebut hanya rekaan orang-orang iseng yang gagal move on saja, seperti yang sudah sering terjadi. Tapi setelah melihat langsung video tersebut, saya kok rasanya pengen garuk-garuk tembok ya? Alih-alih menertawakan kelakuan anarkis yang bersangkutan, saya justru merasa empati padanya.

Tapi begini, Mas, rasanya ada yang perlu saya sampaikan mengenai perkara asmara dan tinggal-meninggalkan seperti ini.

Pertama, bahwa saya sedikit pun tidak ingin dan tidak akan pernah menertawakan kejadian tersebut adalah benar adanya, sebab saya juga tengah berada dalam situasi yang sama—saya tahu persis rasanya jadi sampeyan. Ditinggal menikah orang yang kita cintai dalam keadaan lagi gandrung-gandrungnya memang sangat menyakitkan.

Sakit hati, galau, kecewa, cemburu, marah, dan semua emosi negatif sudah pasti berkecamuk dalam dada dan pikiran, membikin makan tak enak tidur tak nyenyak. Wajar karena kita manusia biasa. Ini pasti, harap tidak usah dimungkiri.

Sebagai hamba Tuhan yang lemah hati dan imannya, saya juga nangis kejer sejadi-jadinya. Tak cukup banjir air mata, saya pun turut ngamuk pada hari pernikahan mantan saya. Sama seperti yang sampeyan lakukan, tapi caranya saja yang berbeda.

Saya memilih ngamuk dengan cara yang lebih elegan dan terpelajar sejak dalam pikiran. Saya ngamuk via media lain; semua kekesalan, sakit hati, dan rasa kecewa saya tumpahkan lewat tulisan, sembari terus menguat-nguatkan diri bahwa yang dicintai sudah benar-benar pergi.

Kalau mau ngamuk, ya ngamuklah dengan elegan.

Tindakan ngamuk di resepsi pernikahan mantan itu kok rasanya percuma ya? Iya, saya bisa mengerti, rasanya pasti sakit hati bukan main, tapi apa tidak ada cara lain yang lebih high-class buat melampiaskan kekecewaan? Nyatanya, malah diri sendiri tho yang diamuk massa? Kalau begitu caranya, bukan cuma hati yang babak belur, tapi muka juga.

Melampiaskan emosi dan rasa kecewa memang sah-sah saja, tidak dilarang, malah sangat dianjurkan. Tapi kalau caranya ngamuk sampai banting-banting kursi gitu, duh… Tahu nggak kalau tindakan anarkis yang demikian malah membuat sang mantan beserta keluarga besarnya mengucap syukur Alhamdulillah sebab mereka nggak jadi mendapuk situ sebagai bagian dari keluarga besarnya setelah kelakuan brutal tempo hari?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun