Istirahat yang cukup
Terlalu banyak bekerja memang kesannya, selalu produktif dan selalu menghasilkan hasil yang ingin dicapai. Anggapan ini bermula ketika kesuksesan diraih dengan kerja keras, dengan dedikasi yang tinggi. Terlalu lama bekerja bahkan bisa gila kerja itu namanya hustle culture. Hustle culture ini diperkenalkan oleh tokoh terkenal seperti Elon Musk, Jeff Bezos, dan Jack Ma.
Menurut Jeanne Hoffman, psikolog dari University of Washington, terlalu lama bekerja keras pada akhirnya dapat mengurangi kreativitas seseorang. Meskipun kita selalu bergairah untuk selalu kerja, kerja dan kerja!Â
Pada akhirnya, tubuh kita sendiri memiliki batasnya. Sadar, tidak sadar tubuh kita memberikan sinyal sedang kelelahan. Pikiran yang kita tanamkan, memang kadang akan tidak sinkron bahkan bertolak belakang dengan tubuh. Ya, meskipun kita menanamkan pikiran yang positif, selalu semangat untuk bekerja. Alias sibuk kerja.Â
Ketika melakukan pekerjaan penting sekali untuk mendapatkan istirahat yang cukup. Karena istirahat dapat meningkatkan produktivitas para pekerja. Manfaat yang terkandung dalam istirahat ialah dapat memberikan jeda waktu untuk lepas dari stress dan burnout akibat pekerjaan.
Jangan perlu merasa bersalah, menganggap kalau jeda sedikit saja sebagai pemalas, padahal untuk istirahat dari pekerjaan. Penting sekali sebagai pekerja, kita bisa membagi ruang antara pekerjaan dengan privasi. Pekerjaan ya pekerjaan. Privasi, ya privasi. Tidak bisa dicampur adukan, dan juga tidak bisa saling ngasih solusi kalau ada masalah baik di bagian pekerjaan maupun ranah privasi.Â
Tentunya, nikmat sehat dan waktu luang adalah privilege sesungguhnya bagi kita untuk bisa produktif dalam bekerja yang sibuk yang menuntut kita. Jadi, kamu akan terus-terusan bekerja sibuk atau bekerja produktif, pilihan tetap ada dalam tanganmu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H