Apa bedanya sibuk dengan produktif? Yang saya tahu pasti orang yang bekerja itu sibuk, sedangkan produktif itu menghasilkan sesuatu hasil secara efektif dan efisien. Orang yang sibuk bekerja memanglah mengerjakan tuntutan pekerjaan, namun yang membedakannya dengan kerja produktif adalah adanya skala prioritas yang jelas dibentuk.Â
Skala prioritas sangat penting adanya karena menentukan pekerjaan berdasarkan penting "important" Dan mendesak "urgent". Orang yang sibuk tidak mementingkan, skala dan teknik semacam ini. Orang yang sibuk akan menganggap semua jobdesk itu sangat penting, yang akhirnya semua pekerjaan dilakukan di waktu yang bersamaan, yang dinamakan multitasking.Â
Yah, multitasking itu sah-sah saja, kalau hasil yang memuaskan dan energi dalam badan memungkinkan. Tapi, pastinya energi badan ada batasnya dalam melakukan pekerjaan. Jika ingin melakukan multitasking, perhatikan pula berapa banyak konsentrasi, waktu, energi yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai macam pekerjaan, dan hasil utama dalam bekerja.Â
Misalkan begini, saya memiliki tugas rumah setiap harinya. Saya ingin bisa mengerjakan pekerjaan rumah, secara efektif dan efisien. Pagi hari ini, saya akan mengepel bagian intinya saja yang rentan kotor, baik dari bekas makanan yang tersisa maupun dari minyak yang membandel di lantai.
Karena saya ingin cepat mengerjakan pekerjaan, saya memanaskan minyak untuk memasak bakwan alias "bala-bala". Setelah minyak sudah panas, saya masukan adonan bakwan, Lalu saya asyik mengepel dari ruang tamu sampai pintu dapur sampai bersih.Â
Ternyata, bakwan saya malah menjadi gosong. Jadi, ada dua hasil di waktu yang bersamaan, yaitu: lantai yang bersih, dan bakwan yang gosong. Saya, tidak menyadari kalau bakwan gampang matang, karena kemarin juga memasak ikan tapi lama matangnya.Â
Nah, dari sini saya menyimpulkan kalau pekerjaan tersebut tergantung dengan kapasitas beban kerja itu sendirian.Â
Karena pada hakikatnya, mereka yang bisa melakukan "berbagai pekerjaan" Itu, melakukan pergantian waktu "ngeswitch" bukan multitasking. Maksudnya disini, tidak melakukan pekerjaan secara bersamaan dengan beban pekerjaan yang sama. Bahkan menurut berdasarkan penelitian Asosiasi Psikolog Amerika, multitasking dengan sama-sama mengerjakan beban yang sama dalam waktu yang bersamaan mampu menurunkan produktivitas itu sebanyak 40%.
Maka disinilah kita perlu melakukan skala prioritas, skala prioritas tentunya merupakan manajemen pekerjaan untuk menghasilkan hasil yang optimal. Skala prioritas, didasarkan pada kebutuhan yang paling penting dan mendesak, hal ini disesuaikan hukum kelangkaan yang bersikap mutlak.Â
Karena semua yang kita butuhkan, belum tentu semuanya tersedia. Skala prioritas diperkenalkan oleh Steven R. Covey dalam bukunya "First Things First". Kita perlu menyingkirkan kebutuhan yang tidak mendesak, demi mengejar kebutuhan yang mendesak.Â
Istirahat yang cukup
Terlalu banyak bekerja memang kesannya, selalu produktif dan selalu menghasilkan hasil yang ingin dicapai. Anggapan ini bermula ketika kesuksesan diraih dengan kerja keras, dengan dedikasi yang tinggi. Terlalu lama bekerja bahkan bisa gila kerja itu namanya hustle culture. Hustle culture ini diperkenalkan oleh tokoh terkenal seperti Elon Musk, Jeff Bezos, dan Jack Ma.
Menurut Jeanne Hoffman, psikolog dari University of Washington, terlalu lama bekerja keras pada akhirnya dapat mengurangi kreativitas seseorang. Meskipun kita selalu bergairah untuk selalu kerja, kerja dan kerja!Â
Pada akhirnya, tubuh kita sendiri memiliki batasnya. Sadar, tidak sadar tubuh kita memberikan sinyal sedang kelelahan. Pikiran yang kita tanamkan, memang kadang akan tidak sinkron bahkan bertolak belakang dengan tubuh. Ya, meskipun kita menanamkan pikiran yang positif, selalu semangat untuk bekerja. Alias sibuk kerja.Â
Ketika melakukan pekerjaan penting sekali untuk mendapatkan istirahat yang cukup. Karena istirahat dapat meningkatkan produktivitas para pekerja. Manfaat yang terkandung dalam istirahat ialah dapat memberikan jeda waktu untuk lepas dari stress dan burnout akibat pekerjaan.
Jangan perlu merasa bersalah, menganggap kalau jeda sedikit saja sebagai pemalas, padahal untuk istirahat dari pekerjaan. Penting sekali sebagai pekerja, kita bisa membagi ruang antara pekerjaan dengan privasi. Pekerjaan ya pekerjaan. Privasi, ya privasi. Tidak bisa dicampur adukan, dan juga tidak bisa saling ngasih solusi kalau ada masalah baik di bagian pekerjaan maupun ranah privasi.Â
Tentunya, nikmat sehat dan waktu luang adalah privilege sesungguhnya bagi kita untuk bisa produktif dalam bekerja yang sibuk yang menuntut kita. Jadi, kamu akan terus-terusan bekerja sibuk atau bekerja produktif, pilihan tetap ada dalam tanganmu sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI