Mohon tunggu...
Lia Melankolia
Lia Melankolia Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Tulis, tulis, dan tulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ki Hadjar Dewantara Inspirator Merdeka Belajar

31 Mei 2023   16:20 Diperbarui: 31 Mei 2023   16:25 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ki Hadjar Dewantara lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Pakualaman, yogyakarta. Pada tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional melalui, perayaan upacara dan berbagai lomba yang diadakannya di sekolah maupun perguruan tinggi. 

Hal ini bertujuan untuk mengenang jasa beliau terhadap dunia pendidikan Indonesia. Pada awal Kemerdekaan Indonesia setelah lepas dari cengkeraman Kolonialisme Belanda. Kemudian tentunya, spirit beliau bisa ditularkan kepada anak-anak bangsa untuk memajukan pendidikan bangsa dan memiliki jiwa Merdeka agar tidak didikte negara lain. 

Ki Hadjar Dewantara bernama R. M Soewardi Soerjaningrat merupakan keluarga keturunan bangsawan. Pada masa itu, tepatnya di tahun 1900-an, hanya kaum bangsawan yang diperbolehkan mengenyam pendidikan oleh Kolonial Belanda. 

Dikutip dari Kemdikbud, Ki Hadjar menempuh pendidikan di ELS (Eropeesche Legere School) selama 7 tahun. ELS merupakan sekolah dasar untuk anak-anak Eropa dan bangsawan Indonesia. Beliau juga sempat nyantri dengan kiai Sulaiman Zainuddin di kawasan Kalasan, Prambanan, Yogyakarta dan belajar ngaji sampai tuntas di pesantren kiai Sulaiman Zainuddin. 

Setelah lulus dari ELS, Ki Hadjar melanjutkan pendidikan ke STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) yaitu sekolah khusus dokter pribumi di kota Batavia yang kini bernama Jakarta. 

Ada beberapa versi tentang pendidikan Ki Hadjar di STOVIA. Versi pertama, karena beliau sakit, sehingga tidak selesai menempuh pendidikan. Versi kedua, ada yang bilang Ki karena sering protes sehingga dia dikeluarkan. 

Setelah keluar dari STOVIA, Ki Hadjar Dewantara aktif menulis dan menjadi jurnalis. Pada tanggal 25 Desember 1912 bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo yang dikenal Tiga Serangkai membentuk Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) 

Artikel berjudul "Als Ik Eens Nederlander Was" (Seandainya Aku Seorang Belanda) yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker bertepatan dengan ulang tahun Kolonial Belanda atas Perancis. Buntut dari tulisan tersebut Ki Hadjar dibuang ke negeri Belanda. 

Jika dilihat dari perjalanan yang sudah Ki Hadjar Dewantara lalui, meskipun beliau mendapatkan pendidikan modern ala Barat, tetapi Ki Hadjar Dewantara tetap sosok yang sederhana yang begitu dekat dengan rakyat. Beliau tidak melupakan jati dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia. 

Referensi:

Kemdikbud. 2021. Mengenal Sosok Ki Hadjar Dewantara. https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/mengenal-sosok-ki-hadjar-dewantara (Diakses pukul 12:30, 26 Mei 2023) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun