Atau mungkin, ada kasus lain lagi. Kamu disuruh buat nikah sama orangtua dan kamu juga ada resolusi buat nikah dengan pujaan hati. namun ternyata pacar kamu main belakang dari kamu. Sakit yang nggak bisa terlukis kan dengan tinta apapun di bumi ini.Â
Tentunya masih banyak peristiwa-peristiwa lainnya yang mewarnai tahun 2022 ini yang  tidak tercapai dan kandas. Malah bisa dikatakan tidak sesuai dengan apa yang diperkirakan oleh pikiran kita.Â
Diri terombang-ambing nggak karuan. Merasa gagal dan kemalangan terus menghampiri. Sayangnya, setitik cahaya belum muncul juga dalam keadaan yang gelap ini.Â
Namun, ternyata setelah direnungkan  kita sudah begitu kuat menghadapi berbagai peristiwa dan kondisi, yang tentunya sangat meleset dari harapan.Â
Bukankah itu juga salah satu skill, yang patut kita syukuri di penghujung 2022 ini. Kita begitu kuat, menghadapi apa yang terjadi di tahun 2022, yang tentunya bisa membuat diri kita menangis dan merasa patah.Â
Dari mengirim CV puluhan, yang ternyata masih ditolak HRD. kita bersungguh-sungguh terhadap diri dan bertanya lagi, untuk apa sebenernya mencari pekerjaan. Dan mengaitkannya dengan kebutuhan paling dasar. Kemudian setelah ini, mempersiapkan kembali secara matang persyaratan lamaran.Â
Ketika ingin jadi penulis ternyata tidak pernah di-publish dan digubris editor. Ternyata, terdapat hikmah kalau menjadi penulis tidak semudah yang dipikirkan. Kita perlu persiapan ekstra, lalu mencari cara agar bisa lolos seleksi editor, seperti: ikut pelatihan berbayar, komunitas, atapun seminar.Â
Dari kasus judge orang sekitar, kita bisa memetik pelajaran, bahwa kita nggak mesti membahagiakan orang-orang. Kita harus bisa memilih dan memilah, siapa yang pantas dan cocok untuk kita bahagiakan dengan kriteria yang kita tentukan.Â
Dari kasus gagal menikah dengan pujaan hati mungkin ini cara untuk memperlihatkan watak asli dari dia dan tentunya tidak pantas untuk kamu yang berharga. Kamu bisa lebih fokus ke diri kamu dan kamu layak mendapatkan orang yang tepat untukmu.Â
Banyak pelajaran yang dapat kita tuai dari resolusi-resolusi yang meleset itu, yang hanya tinggal ekspektasi semata. Kita jadi lebih aware kepada diri ini, yang sebelumnya kita seringnya melihat dunia luar, baru kemudian melihat diri.Â