Mohon tunggu...
Lia Melankolia
Lia Melankolia Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Tulis, tulis, dan tulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pencapaian di Tahun 2022

30 Desember 2022   07:44 Diperbarui: 30 Desember 2022   07:51 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi peristiwa di tahun 2022|Pexels.com

Wah tinggal menghitung jari menuju tahun 2023. Kemarin hingga di 2 hari ini, sudah berbagai peristiwa dilalui. Dari suka maupun duka hingga ke fase ambyar karena blunder dengan perasaan yang dirasakan pasca segala kejadian yang sudah terjadi itu. 

Perasaan ambyar ini, kemungkinan terjadi karena resolusi banyak yang tidak terwujud. Penyebabnya karena resolusi terlalu tinggi untuk dicapai dan bisa juga karena situasi dan kondisi yang kurang mendukung. Kalau kata anak senja: semesta tengah berbicara lain. 

Resolusi setelah wisuda, langsung diterima di perusahaan bonafide dengan gaji dua digit. Jadi, kebayang bisa healing beli baju, sepatu, skincare, sampai bisa kebeli mobil pazero, eh pazero. 

Jadi penulis, biar bisa nambahin uang jajan dan kebanggaan luar biasa karyanya di-publish dan menang kompetisi, membanggakan diri sendiri dan syukur-syukur bisa mengharumkan keluarga dan kampung halaman. Sekaligus bila perlu, sebagai ajang pembuktian terhadap orang di masa lalu yang memandang sebelah mata. 

Hmmm, betapa gereget nya hati, ada orang yang selalu ngasih tahu: pintar sekali si pulan usia muda sudah langsung diangkat jadi PNS, sudah punya rumah KPR, pacarnya berpangkat pula. 

Sedangkan kita, malah diomongin: Hati-hati, kalau sama lawan jenis jangan terlalu terlena, takut kebablasan. Padahal mungkin kita sendiri, belum pernah menggenggam doi malam-malam, dan tidak pernah sekalipun memboyong doi ke rumah ataupun bertemu sama orang tua. Tentunya itu dinamai jomblo, canda jomblo. 

Jengkel, pingin marah ya. Hmm, sungguh menarik perspektif orang lain yang hanya melihat setitik dari kita. Orang yang kita ingin bahagiakan, tapi ternyata menjengkelkan kita. Karena kejadian itu ingin sekali menarik niat "membahagiakan" Itu sekenceng-kencengnya dari lubuk hati terdalam. 

Quotes dari sayyidina Ali:  Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.

Kalau kata media digital yang sering di tonton gen Z:  "jangan nyalahin orang lain, yang salah ya ekspektasi kamu sendiri, karena belum tentu mereka dapat memenuhi ekspektasi kamu."

Apakah, begitu ya pernyataan ini  bisa dikaitkan dengan kasus diatas?  Bisa juga sih, meskipun kita ngerasa punya niat membahagiakan orang lain. Eh malah di kasih masukan yang sebenernya nggak sesuai dengan apa yang kita lakukan. 

Atau mungkin, ada kasus lain lagi. Kamu disuruh buat nikah sama orangtua dan kamu juga ada resolusi buat nikah dengan pujaan hati. namun ternyata pacar kamu main belakang dari kamu. Sakit yang nggak bisa terlukis kan dengan tinta apapun di bumi ini. 

Ilustrasi bunga dandelion yang bermakna kuat dalam menghadapi kehidupan| Pixabay.com
Ilustrasi bunga dandelion yang bermakna kuat dalam menghadapi kehidupan| Pixabay.com

Tentunya masih banyak peristiwa-peristiwa lainnya yang mewarnai tahun 2022 ini yang  tidak tercapai dan kandas. Malah bisa dikatakan tidak sesuai dengan apa yang diperkirakan oleh pikiran kita. 

Diri terombang-ambing nggak karuan. Merasa gagal dan kemalangan terus menghampiri. Sayangnya, setitik cahaya belum muncul juga dalam keadaan yang gelap ini. 

Namun, ternyata setelah direnungkan  kita sudah begitu kuat menghadapi berbagai peristiwa dan kondisi, yang tentunya sangat meleset dari harapan. 

Bukankah itu juga salah satu skill, yang patut kita syukuri di penghujung 2022 ini. Kita begitu kuat, menghadapi apa yang terjadi di tahun 2022, yang tentunya bisa membuat diri kita menangis dan merasa patah. 

Dari mengirim CV puluhan, yang ternyata masih ditolak HRD. kita bersungguh-sungguh terhadap diri dan bertanya lagi, untuk apa sebenernya mencari pekerjaan. Dan mengaitkannya dengan kebutuhan paling dasar. Kemudian setelah ini, mempersiapkan kembali secara matang persyaratan lamaran. 

Ketika ingin jadi penulis ternyata tidak pernah di-publish dan digubris editor. Ternyata, terdapat hikmah kalau menjadi penulis tidak semudah yang dipikirkan. Kita perlu persiapan ekstra, lalu mencari cara agar bisa lolos seleksi editor, seperti: ikut pelatihan berbayar, komunitas, atapun seminar. 

Dari kasus judge orang sekitar, kita bisa memetik pelajaran, bahwa kita nggak mesti membahagiakan orang-orang. Kita harus bisa memilih dan memilah, siapa yang pantas dan cocok untuk kita bahagiakan dengan kriteria yang kita tentukan. 

Dari kasus gagal menikah dengan pujaan hati mungkin ini cara untuk memperlihatkan watak asli dari dia dan tentunya tidak pantas untuk kamu yang berharga. Kamu bisa lebih fokus ke diri kamu dan kamu layak mendapatkan orang yang tepat untukmu. 

Banyak pelajaran yang dapat kita tuai dari resolusi-resolusi yang meleset itu, yang hanya tinggal ekspektasi semata. Kita jadi lebih aware kepada diri ini, yang sebelumnya kita seringnya melihat dunia luar, baru kemudian melihat diri. 

Sudahkah berterimakasih kepada diri di penghujung tahun 2022 dan bersiap kembali untuk menciptakan resolusi di tahun baru 2023 ini? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun