Setelah berusaha sekuat pergi kesana kemari mencari informasi, mungkin Erick dapat mengembalikan wujud kucing Alice, yang indah berseri di kedua matanya. Kucing itu selalu mengelus- elus kening Erick ketika tidur, menjaganya dari kebisingan. Dan tidur bersama dengan penuh kedamaian dan keharmonisan.
Pada malam harinya Erick terdiam di balai kota lagi sambil memikirkan terus bagaimana kekasihnya bisa kembali dalam wujud yang sempurna. Tiba- tiba ada yang mengganggu kedua matanya, ia melihat kucing hitam seperti melambaikan kedua tangan menunjukan arah ke arah biara kosong dekat balai kota. Erick membuntutinya dari belakang, kucing itu kemudian menggali di sebuah petak dekat balai kota. Kucing itu menunjukan sebuah kotak misterius, yang didalamnya terdapat sebuah buku.Â
Buku yang memiliki corak kuno abad 5 SM, ia membukanya ternyata ada tulisan- tulisan yang ia tidak pahami. Ia ingin meneliti, langsung saja Erick memutarkan langkahnya  sambil membawa buku kuno tersebut. Pandangan kakinya mengarah ke perpustakaan dekat balai kota, sejenak ia berpikir buku apa ini?, Kucing hitam dari belakang terus membuntutinya.
Kali ini kucing itu berdiri diatas rak buku yang usang. Erick mendekatinya, kemudian membersihkan rak buku tersebut ternyata ada tombol yang menonjol, sontak saja ia menekan tombol tersebut. *Grrrrrdak* muncul pintu dibalik rak tersebut, perlahan ia masuk dengan perasaan khawatir dan aneh.
Di rumah Kucing Alice terus mengeong, seolah resah akan perihal sesuatu yang terjadi kepada majikanya Erick. Kucing Alice bergerak tidak mau diam, ia menendang  kandang yang mengurungnya, sampai batu yang mengganjal pintu itu pun jatuh. Ia melompat kemudian, berlari secepatnya. Tiba- tiba kawasan desa itu menjadi berkabut, kucing- kucing perlahan menghilang. Muncul sosok dalam kabut, seperti makhluk besar, yang siap menerkam Kucing Alice yang lucu imut tersebut.
Kucing Alice berlarian mengeong dengan keras. Sementara Erick terus menyusuri ruangan tersebut. Firasatnya tidak enak kali ini, ia mengkhawatirkan Alice. Tiba- tiba kucing hitam tersebut masuk kedalam kursi sofa yang terbalik, terdapat sosok pria bertubuh kering kerontang. Ia menertawakan Erick. "Erick.. baguss kau sudah masuk dalam jebakanku berikan buku itu."
Ketika Alice sedang dikejar, Erick yang tidak memiliki kekuatan apapun. Ia mundur mencari celah, sedangkan Pria tua tersebut adalah Penyihir. Ia melempar barang, dengan kata- katanya. Erick menghindar, sampai di tengah balai kota. Ia dihadang dengan kawanan Monster Kucing Besar, kemudian tak lama ia mendengar suara kucing alice, ia melihat dari kejauhan. Ia menangkap kucing alice dan melindunginya.
"Erick kau sangat bodoh, kau ingin apa dari perempuan itu?, Hahahahah" tawa penyihir.
"Sebenarnya aku tidak ingin apa- apa, aku hanya ingin bersamanya, tolong jangan lukai putri kecil ini, jangan buat menangis, wahai penyihir !!" Pinta Erick.
"Sudah terlambat, serangg !!"
Ketika kawanan monster tersebut ingin menyerang. Erick teringat dan menangis menatap kucing Alice tersebut dan mengatakan "Aku Mencintaimu Alice". Buku yang digenggam di tangan kanan tiba- tiba terjatuh, dan terbuka halaman tengah. Kucing Alice itu melompat dan menaiki buku itu. *Cahaya datang menggertak suasana*
Erick menutupi matanya, ia bertanya dalam diri sendiri "Cahaya apakah ini?"
Cahaya tersebut tiba- tiba berubah, menjadi sosok cantik yang selama ini Erick idam- idamkan. Langsung saja ia memeluk erat gadis tersebut. Penyihir muak akan hak tersebut, ia mematahkan tongkat sihirnya kemudian menjadi sosok raksasa besar.
Tapi keduanya tak goyah, keduanya berciuman mesra, dan membuat penyihir itu terbakar. Kemudian keduanya saling bergenggaman tangan, semakin terbakar penyihir tersebut. Penyihir tersebut tidak bisa melukai keduanya. Keduanya mengambil buku kuno tersebut kemudian  membaca halaman terakhir. Ia membaca "Fatum Brutum Amor Faith".
Penyihir itu meledak, cahaya menghiasi langit, keduanya berpelukan, Alice mengatakan "tak kusangka kau sudah sejauh ini, terimakasih telah menyelamatkanku". Kata Alice dengan tak terasa air mata menetes di pundak Erick. "Terimakasih juga kau telah menemani hari- hariku, mensuport, walau kau dulu hanya seekor kucing. Keduanya berpelukan, langit menjadi membiru, mentari muncul dengan sinar teriknya. Kucing- kucing dijalanan berubah kembali, menjadi warga biasa. Kutukan Rasa Sakit akan Masa Lalu itu akan segera selesai. Cinta yang menyelamatkan mereka semua. Akhirnya keduanya menikah dan menjalani hidup bersama, Erick menjadi pimpinan dan tokoh yang di hormati, dan Alice menjadi penasehat hukum yang ada di desa tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H