Mohon tunggu...
Krisna Wahyu Yanuariski
Krisna Wahyu Yanuariski Mohon Tunggu... Jurnalis - Pendongeng

Enthos Antropoi Daimon (Karakter seseorang ialah takdirnya)- Herakleitos Seorang cerpenis di kompasiana, ia juga penulis buku "Fly Away With My Faith", juga seorang Mahasiswa UIN SATU Tulungagung, ia juga jurnalis dan kolumnis di beberapa media. Instagram @krisnawahyuyanuar W.a 081913845095

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Filsuf Kecil, Mencari Mentari

29 Maret 2023   12:46 Diperbarui: 29 Maret 2023   12:51 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sang filsuf kecilku, hari ini ia telah lahir di dunia, membuka mata, dan merengek dan menangis kesepian. Karena tidak ada yang bisa mengerti dirinya, Aku membuka jalan dan mengalirinya, memberi kehidupan. 

Setiap malam ia selalu digendong, harapan semoga selalu ada dalam gendongan kasih-Nya. Terkadang ia tidak bosan dengan melelapkan kedua matanya, tertidur dengan harapan.

Ketika filsuf kecil berusia 6 bulan, ia mulai suka duduk, dan berdiri, ada keinginan dia untuk bergerak dari kemalasanya berbaring. Filsuf kecil mulai suka tertawa, menyaksikan setiap hiburan dan cerita dari orang sekitar.

Ia mulai suka merangkak, mencari sesuatu yang hilang dibawah meja, dan tak sering juga, kepalanya terbentur, kemudian terbentuk, mungkin ia terjatuh karena rangkakanya tidak seritme. Kemudian ia belajar berjalan, yang mana terkadang jatuh adalah suatu kebiasaan, filsuf kecil terjatuh menangis, aku menggendongnya kembali, semoga tangisnya menguatkanya, gendongan ini menyadarkanya.

Flsuf kecilku juga mulai bisa berbicara, sering kali ia berbicara tidak jelas, sesuatu ingin ia katakan, tetapi terbatas, karena ia harus belajar proses.

Ketika malam hari filsuf kecilku, sering menunjuk- nunjuk bulan, seperti ia ingin berteduh dibawah gelimangan. "Kamu mau apa filsuf kecil?".  Lagi lagi ia berkata tidak jelas dan merengek. Ada yang membuat ia bingung sehingga isakan itu masih membekas setiap malam.

Ketika berumur 1 tahun, langkahnya semakin cepat dan sigap, ia mulai suka berbicara, dan berbicara jelas, tetapi terkadang ia bertanya soal- soal yang tidak diketahui. Misalnya, ia bertanya mengapa manusia diciptakan? Agama itu apa? Tuhan itu siapa?

Semakin membingungkan, karena ia tidak mengerti teori- teori buku akademik, atau buku yang ndakik. Ia lebih suka bermain dan bertanya- tanya, yang mana ia sering juga skeptis oleh jawaban yang ia tanya, dengan menghiraukannya, sambil bermain truk atau pasir- pasiran.

Filsuf kecil, suka berjemur di depan teras, melihat matahari sambil bermain- main serangga kecil, dan aku menyuapi makananya. Saat itu ia tidak lagi bertanya- tanya, mencari kebenaran. Ia menikmati makanan yang aku buat dari welas asih.

Filsuf kecilku, ku belajari kata huruf abjad A sampai Z. Ia masih terbata- bata, dan sering menyepelekanku, tetapi ia sebenarnya tahu bahwa, kata- kata sering kehilangan makna.

Filsuf kecil suka membaca ketika aku tidak membelajarinya, dan saat itu adalah momen dimana aku menyediakan sarana untuknya. Majalah- majalah boboho, majalah lucu ia lahapnya. Ia semakin suka menyanyi dan mendengarkan lagu semenjak membaca majalah lucu, ia sering tertawa sendirian, entah menertawai hidup ini atau gimana?

Umurnya semakin bertambah, akhirnya ia bersekolah tadika, tetapi ia tidak suka bersekolah, terkadang aku membangunkanya untuk mandi, justru ia semakin lelap tidurnya, apakah ia sudah tahu bahwa sekolah hanya menjadikanya beban? Aku tidak tahu.

Filsuf kecilku, suka menonton televisi ia mencermati setiap khalayan dan tak sering juga ia membuat narasi- narasi drama dalam mainanya. Aku tahu ia ingin menjadi superhero !.

Hari ini filsuf kecilku berulang tahun, semakin kuat dia dan terkadang semakin suka menyendiri. Ia sekarang tidak suka bertanya kepadaku, ia lebih bertanya kepada diri sendiri. Filsuf kecilku yang lucu, ia hanya ingin makan? Tetapi makananya ia selalu pikirkan, ini bukan untuk sendiri saja.

Filsuf kecilku yang lucu, panjang umur selalu, panjang perjuanganmu, jalan ibu tertera dalam doamu. Carilah mentari untuk kau sinari? Bakarlah dirimu dahulu sebelum menyinari yang lain.

Filsuf kecilku, ketika sendirian disitu ada ibumu yang menimangmu, walau raga ibumu tidak ada, kasihnya selalu ada.

Walaupun terkadang aku tidak memperhatikanmu, tetapi perhatianku tetap mengalir dengan perhatian- Nya. Walau sering kali kita tidak sepakat dengan sesuatu, tetapi itu tidak msalah, hanya sebagian fungsi akal kita, tidak nurani kita.

Filsuf kecilku carilah mentari, yang bisa kau sinari, kau singkap kegelapan, kau hancurkan kegelisahan, dan kerisauhan. Hidupmu masih panjang maka tuliskan perjuanganmu diantara majalah, kertas, pulpen, makna. Kau imut dan senantiasa lucu. Filsuf kecilku !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun