Filsuf kecil suka membaca ketika aku tidak membelajarinya, dan saat itu adalah momen dimana aku menyediakan sarana untuknya. Majalah- majalah boboho, majalah lucu ia lahapnya. Ia semakin suka menyanyi dan mendengarkan lagu semenjak membaca majalah lucu, ia sering tertawa sendirian, entah menertawai hidup ini atau gimana?
Umurnya semakin bertambah, akhirnya ia bersekolah tadika, tetapi ia tidak suka bersekolah, terkadang aku membangunkanya untuk mandi, justru ia semakin lelap tidurnya, apakah ia sudah tahu bahwa sekolah hanya menjadikanya beban? Aku tidak tahu.
Filsuf kecilku, suka menonton televisi ia mencermati setiap khalayan dan tak sering juga ia membuat narasi- narasi drama dalam mainanya. Aku tahu ia ingin menjadi superhero !.
Hari ini filsuf kecilku berulang tahun, semakin kuat dia dan terkadang semakin suka menyendiri. Ia sekarang tidak suka bertanya kepadaku, ia lebih bertanya kepada diri sendiri. Filsuf kecilku yang lucu, ia hanya ingin makan? Tetapi makananya ia selalu pikirkan, ini bukan untuk sendiri saja.
Filsuf kecilku yang lucu, panjang umur selalu, panjang perjuanganmu, jalan ibu tertera dalam doamu. Carilah mentari untuk kau sinari? Bakarlah dirimu dahulu sebelum menyinari yang lain.
Filsuf kecilku, ketika sendirian disitu ada ibumu yang menimangmu, walau raga ibumu tidak ada, kasihnya selalu ada.
Walaupun terkadang aku tidak memperhatikanmu, tetapi perhatianku tetap mengalir dengan perhatian- Nya. Walau sering kali kita tidak sepakat dengan sesuatu, tetapi itu tidak msalah, hanya sebagian fungsi akal kita, tidak nurani kita.
Filsuf kecilku carilah mentari, yang bisa kau sinari, kau singkap kegelapan, kau hancurkan kegelisahan, dan kerisauhan. Hidupmu masih panjang maka tuliskan perjuanganmu diantara majalah, kertas, pulpen, makna. Kau imut dan senantiasa lucu. Filsuf kecilku !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H