Mohon tunggu...
Krisna Wahyu Yanuariski
Krisna Wahyu Yanuariski Mohon Tunggu... Jurnalis - Pendongeng

Enthos Antropoi Daimon (Karakter seseorang ialah takdirnya)- Herakleitos Seorang cerpenis di kompasiana, ia juga penulis buku "Fly Away With My Faith", juga seorang Mahasiswa UIN SATU Tulungagung, ia juga jurnalis dan kolumnis di beberapa media. Instagram @krisnawahyuyanuar W.a 081913845095

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Dunia yang Asing dan Penuh Kecurigaan

10 Februari 2023   15:11 Diperbarui: 27 Februari 2023   23:55 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via pixabay.com/cegoh

Pagi begitu bersemangat, dan mentari perlahan menyinari jagat, padi- padi membuka mata, menatap langit penuh kekuningan. 

Hari ini aku akan berangkat untuk meneruskan study magister di universitas bangkok, dengan itu aku sesegera beranjak dari ranjang tidurku dan segera mempersiapkan semuanya.

Tiket 078 dengan penerbangan Lion Air 447 dengan jam keberangkatan jam 11.00  , dan sebagian sudah ku persiapkan jauh sebelum hari, hari ini adalah emas yang tumbuh dalam hatiku, aku terlalu bersemangat untuk menjemput impian ini yang sudah di nanti- nantikan.

Jam dinding sudah menunjukan jam 09.00  saatnya aku menunggu pesanan taxi, untuk penjemputan ke bandara, hari itu terkesan hari yang sangat menggembirakan, bahkan burung dara hinggap di kepalaku seolah- olah memberi restu. 

Ibarat makanan dalam pernikahan yang di hidangkan diambil secara acak- acak tetapi memberi kesan kelezatan dan kenikmatan.Taksi tiba di depan mata, sudah saatnya aku beranjak pergi dari kota ini, dan menikmati seluruh perjalananku.

Oh ya  perkenalkan namaku Leo Toesyloy, aku seorang mahasiswa yang menyukai music genre psychedelic, pekerjaanku adalah periset, aku mengambil magister filsafat di uinversitas bangkok, dengan harapan aku bisa mengetahui seluk beluk kehidupan yang penuh misteri ini. Setelah beberapa jam berlalu, pesawat telah melambung tinggi di cakrawala. 

Dan aku dan tubuh ini mencoba bersepakat untuk menyederkan dan rileks di kursi. Dengan menikmati lagu Little Dark Age dari MGMT Band.

Sampai suatu ketika aku terlelap dan tertidur hingga bermimpi, taman bunga bermekaran tempat tidurku, angkasa berwarna jingga, desis angin sepoi- sepoi menyambut sebuah kebahagiaan yang dulu pernah hilang kemana. 

Aku terlalu menikmati mimpiku, hingga tak sadar bahwa tujuanku telah sampai. 

Dan aku mencoba melihat ponselku, "Ada yang aneh, kok masih jam 9 pagi? Padahal jarak tempuh dan waktu ke bangkok hampir 3 jam yang seharusnya ini jam 15.00 sore, hmm aku tiba dimana?"

Aku mencoba melihat keadaan sekitarnya, semua masih terlihat biasa saja, hanya cuma semua penumpang terlihat diam tanpa sepatah kata pun, aku coba bertanya di mana tempat ini kepada penumpang sebelahku.

Ia tidak menjawab hanya menggeleng-gelengkan kepala saja. Semakin aneh mengkerutkan dahiku, sesegera aku pergi tanpa menyapa dan permisi.

Sesampainya di luar bandara, aku melihat seperti kota biasa saja tiada yang aneh, cuma aku melihat wajah-wajah penduduknya seperti cuek dan acuh terhadap siapa saja.

"Apakah ini bangkok, tapi bangkok tak seperti ini, biasanya penduduknya ramah- ramah aku lihat di chanel televisi yang menayangkan progam televisi tentang Geographic of Thailand, sepertinya ini bukan Thailand, aku merasa asing di sini."

Aku berjalan menyusuri area kota tidak ku temukan sedikitpun, cengkrama hangat dan keharmonisan di setiap tempat, orang- orang disana ketika belanja hanya belanja tidak berkata selain itu.

Rumah makan disana selalu di isi oleh orang-orang yang diam dan menikmati hidanganya tiada tawa menggeliat disana. Juga tak pernah ku lihat seseorang bergandengan tangan disini, atau pun saling berangkulan serta berjalan bersama.

Negeri yang aneh, padahal keramaian memang icon di kota ini, tapi kesepian melanda setiap individu yang berjalan, bekerja, berorganisasi, bertani dan lainya. 

Tiada percakapan yang dalam mereka hanya bertanya tentang hal- hal pokok tentang kebutuhan kehidupan. Aku mencoba mendatangi Balai Kantor Pusat Kota Government, mereka memang melayaniku tetapi obrolan kita hanya sebatas kebutuhan. Ada apa dengan negeri ini.

Pada hari itu sedikit ada yang aneh, perjalanan memang terlihat biasa saja, tetapi tubuhku tidak pernah merasakan letih sedikitpun sampai di kota ini, setelah aku telusuri di Balai Rakyat dan Kearsipan, dokumen tentang kota ini. 

Nama kota ini adalah "Amhras", menurut dokumen ini ada beberapa kejadian tentang kota setelah Revolusi Kebisingan tahun 1846. Yang entah tidak dijelaskan mengapa mereka berperang sampai, membuat negeri ini seperti negeri asing. 

Atau mereka kedatangan Imperialisme Digital, Atau Political Doubt (Keraguan Politik), Atau semacam Chaospy (Kekacauan), Evil Coalition (Koalisi Jahat).

 Semua membuatku penasaran, kebaikan disini selalu di ragukan, masyarakat hening dan kesepian? Adakah Jawaban Tuhan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun