Anak saya berkorban banyak. Anak saya mengajarkan saya dan suami banyak hal. Kami mulai menata kembali kehidupan pernikahan kami yang kata orang awalnya akan menyenangkan, tapi menurut kami banyak masalah, terutama di ego.
Banyak hal menyenangkan kami lakukan walaupun kami belum sepenuhnya lupa akan insiden itu. Saya ambil sepasang sepatu itu. Saya meletakkan di kuburan janin saya sebulan setelah kuret. Entah kenapa saya dan suami memberanikan diri ke kuburan.
“Hai nak, apa kabar? Ibu dan Bapak sudah ikhlas. Jika seandainya kamu memang masih betah di sana, maka kami akan menunggu. Besar harapan kami kamu akan kembali menjadi anak kami. Dulu Ibu dan Bapak membeli sepatu ini dengan tujuan kamu akan menggerakkan kakimu ke atas sambil menggunakan ini, namun sekarang harapan kami jika kamu mau kamu bisa berlari-lari bermain di sana dengan sepatu ini. Maafkan kami sayang. We love you.” Tuturku di atas kuburan janin saya atasnya saya taruh sepasang sepatu itu. Kami memang meyakini bahwa reinkarnasi itu ada.
Tiga bulan kemudian, saya mulai merasakan gejala aneh, yakni mual dan sedikit pusing. “Hai nak, welcome.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H