Mohon tunggu...
Kris Mheilda SW
Kris Mheilda SW Mohon Tunggu... mahasiswa -

Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Prodi Ilmu Komunikasi kelas A Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora. Mencintai Alam, Teater, dan Kesenian ida=" Hidup itu untuk makan dan makan untuk beribadah"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Panggil Aku Gajah!

6 September 2015   08:19 Diperbarui: 6 September 2015   08:25 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

            Senin pagi adalah hari paling padat di kota Jakarta. Nampak pula kepulan asap dari knalpot para pengguna kendaraan bermotor mulai mengotori udara pagi. Suara bising mulai terdengar disana-sini. Pagi ini seperti biasa Lala mengayuh sepedanya dengan santai memasuki gerbang sekolah, nampak sudah banyak sekali sepeda yang diparkir berjejer rapi menghadap ke timur. Lala segera mencari tempat kosong untuk memarkirkan sepeda kesayangannya. Samar-samar dari arah barat terlihat ada seseorang yang mendekati lala, dan pastinya lala sudah hafal dengan orang itu; Doni, teman sekelas Lala yang selalu mengganggunya.

“Hei gajah selamat pagi” dengan senyuman centil Doni menyapa Lala.

“Sudah berulang kali aku bilang kepadamu, Berhenti memanggiku GAJAH !” kata Lala dengan kasar

“Yee.. jangan marah kalik, lagian apalagi sebutan yang cocok untuk cewek gendut kayak elu selain gajah? Banteng? Hahaa” Doni terkekeh sambil pergi meninggalkan Lala.

Lala hanya terdiam menunduk, tak lagi dia melawan perkataan Doni yang sudah menjadi santapan Lala setiap hari. Rasa minder dan malu menyelimuti diri Lala, tubuhnya yang bisa disebut kelewat batas itu sering menjadi bahan ejekan teman-temannya disekolah. Sudah berbagai program diet dijalaninya namun hasilnya nihil, tak ada satupun dari program dietnya yang berhasil mengecilkan badannya. Dan alhasil sekarang dia harus berbesar hati menerima semua ejekan teman-temannya.

“Tak apalah mungkin Tuhan punya rencana indah dibalik tubuh besarku ini” kata lala dalam hati

            Teng…teng..teng..

Suara bel sekolah tanda istirahat berbunyi dengan riuhnya, puluhan siswa berlari berteriak keluar dari kelasnya bak seorang napi yang keluar dari selnya. Begitupun dengan kelas XI IPA 1 tempat Lala belajar mengejar cita-citanya menjadi dokter hewan. Lala nampak sibuk dengan buku-bukunya, tidak seperti siswa lain yang berlarian menuju kantin sekolah untuk memadamkan rasa laparnya. Lala lebih menyukai masakan ibunya yang dia bawa dari rumah. Di kelas memang lala tidak mempunyai teman dekat seperti teman-temannya, dia lebih sering menyendiri dengan buku dan komik kesayangannya.

“kamu enggak ke kantin la?” tiba-tiba terdengar suara asing dari balik jendela

“ehh.. emm, enggak aku tidak pernah ke kantin, kamu siapa?” Tanya Lala dengan gugup

“kenalin la aku Tiko dari kelas XI IPS 2 kamu pasti Lala kan” katanya dengan tersenyum dan mengulurkan tanganya kepada lala

“hehe, iya aku lala” kata lala tersenyum, baru kali ini lala mendengar ada seseorang yang memanggil dengan nama aslinya.

“kamu tinggal di Gg. Nakula kan? Besok pagi berangkat barang ya aku tinggal diseberang rumahmu tepatnya di Gg. Bima, aku tunggu besok pagi di persimpangan jalan ya la” kata tiko dengan terburu-buru meninggalkan Lala.

Lala seakan terkena sengatan listrik ribuan watt, baru kali ini dia berkenalan dengan siswa kelas lain. Dia terlihat bahagia hari itu dan tak sabar menunggu esok pagi.

***

            Mentari mulai muncul dari tempat tidurnya burung mulai berkicau dan berdendang bak konser alam mengiringi jiwa yang bahagia pagi ini. Lala nampak terbangun dari tidur panjangnya wajahnya berseri tak seperti hari-hari biasanya. Mungin karena kegirangan akan bertemu dengan Tiko teman barunya. Lala bersiap untuk segala keperluan sekolahnya hari ini, seragam putih abu-abu yang ia kenakan kini terlihat rapi. Rambutnya yang ikal disisir rapi dan dihiasi dengan bando hadiah dari ibunya. Lala mengeluarkan sepeda birunya dari garasi, tampak ibunya tersenyum melihat tingkah lala yang terlihat bahagia sekali hari ini.

“hati-hati ya sayang , ingat jangan jajan sembarangan” kata ibunya setengah berteriak

“iya ma” kata lala singkat.

Lala mengayuh sepedanya dengan sangat bersemangat. Jarak rumah lala dengan sekolah memang tidak terlalu jauh, namun cukup membuatnya berkeringat.

“La…la tunggu” nampak dari kejauhan seseorang mengayuh sepeda dengan tergesa, siapa lagi kalau bukan Tiko teman baru lala.

“hai tiko” lala nampak tersenyum dan mulai memperlambat kayuhan sepedannya.

“hai la, bagaimana kabarmu?” kata tiko sambil mensejajarkan sepedanya dengan lala.

“baik tiko, eh iya darimana kamu tau kalau aku bernama Lala? Sedangkan teman-teman sekelasku pun selalu memanggilku gajah” Tanya lala penasaran

“Hahaha.. iya jelas aku taulah la, sudah lama sebenarnya aku ingin berkenalan dan berteman denganmu tapi selalu saja kamu sibuk dengan buku-bukumu, aku takut mengganggumu” kata tiko dengan senyum lugunya.

“hehe.. aku tak mempunyai teman selain buku-buku itu Tiko, teman-temanku mengucilkanku karena badanku, dan hanya dengan buku-buku itu aku berteman” kata lala sambil menghela nafas panjang.

“Aku mau menjadi temanmu la, bahkan aku mau menjadi sahabatmu” Tiko meyakinkan.

Lala dengan spontan mengerem sepedanya dia berhenti sejenak mencerna kalimat yang diucapkan Tiko kepadanya.

“Kenapa berhenti la?” Tanya tiko sambil mengerem sepedannya dan berhenti disamping sepeda lala

“ehh tidak… aku heran denganmu, kamu tidak sedang bercandakan ? bagaimana bisa kamu mau berteman dengan ‘Gajah’ sepertiku? apa kamu tidak malu jika kamu berteman denganku? Tentu teman-temanmu pasti akan ikut mengejekmu tiko”

“Tidak untukku la, aku tidak akan malu berteman dengan gajah sebaik kamu, perlu kamu ketahui la, gajah tidak seburuk apa yang kamu bayangkan, gajah adalah binatang yang kuat, gajah selalu melindungi kawannya yang kesusahan , bila ada satu gajah yang terjatuh gajah yang lain akan membantu, gajah adalah binatang yang setia dan setia kawan, gajah juga binatang yang cerda, kamu harus bangga dengan sifat-sifat gajah lala. Dan sifat-sifat gajah itu ada pada dirimu, aku bangga punya teman gajah baik sepertimu ” kata Tiko sambil memandangi lala yang terlihat menunduk.

“ada benarnya juga perkataanmu Tiko, tidak seharusnya aku mengurung diri dan menjauh dari mereka yang menertawakanku, malahan seharusnya aku berterimakasih kepada orang yang mengejekku gajah karena itu sebenarnya adalah doa dan pujian yang luar biasa” Lala nampak tersenyum memandangi langit yang membiru.

“Jangan pernah bersedih atas semua yang kamu miliki Lala, Tuhan menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya kok. Jadilah teman terbaikku ya gajah” Tiko tertawa

“Iya, Panggil aku Gajah sekarang Tiko” kata lala penuh keyakinan, Mereka pun tertawa bersama.

“La, sudah jam tujuh kurang 5 menit kita hampir telat!” kata Tiko terkejut saat melirik jam tangannya.

“Hah… ayo buruan berangkat Tiko, nanti kita kena marah sama pak Ujang” sergah lala

Lala dan Tiko mulai mengayuh sepedanya yang sempat terhenti. Tampak pak Ujang sudah bersiap akan menutup gerbang sekolah. Lala dan Tiko hampir saja terlambat, kini mereka sampai disekolah dengan penuh semangat.

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun