Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dilema Transportasi Jakarta: Ojek Online atau Ojek Pangkalan?

29 Januari 2025   09:46 Diperbarui: 29 Januari 2025   09:46 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ojek online. (Sumber: https://www.kreditpintar.com/education/tips-meningkatkan-penghasilan-untuk-ojek-online-di-masa-pandemi)

Di Jakarta, ojek online dan ojek pangkalan telah menjadi dua bentuk transportasi yang sangat populer. Ojek online seperti Gojek dan Grab, beroperasi melalui sistem aplikasi.  

Keduanya menawarkan kemudahan dan efisiensi dalam memesan layanan. Di sisi lain, ojek pangkalan, merupakan layanan tradisional tanpa sistem aplikasi.

Meskipun demikian, ojek pangkalan masih memiliki penggemar setia di kalangan masyarakat. Saat ini, keberadaan kedua jenis ojek ini menciptakan dinamika yang kompleks dalam sistem transportasi kota.

Perkembangan Teknologi Digital

Pertumbuhan teknologi informasi yang demikian pesaat saat ini ditandai dengan layanan sistem informasi yang mudah dan jangkauan yang luas. Selain itu, teknologi alat komunikasi seperti telepon selular turut berkembang pesat dengan kehadiran telepon pintar (smartphone).

Aplikasi pada smartphone mempermudah sistem pemesanan dan pembayaran. Dengan ritme masyarakat ibukota yang serba cepat, aplikasi ini tentu menjawab kebutuhan Masyarakat yang menginginkan hal-hal yang praktis dan mudah.

Persoalan yang Muncul

Tak dapat dipungkiri, regulasi pemerintah tentang tarif ojek online yang terus berubah turut mempengaruhi persaingan antara kedua jenis layanan ini.

Persaingan antara ojek online dan ojek pangkalan menimbulkan beberapa persoalan. Banyak pengemudi ojek pangkalan merasa terancam oleh keberadaan ojek online. Tidak jarang timbul konflik antara pengemudi ojek pangkalan dan pengemudi ojek online di beberapa lokasi.

Kelebihan-kelebihan ojek online seperti kemudahan akses, transparansi tarif, harga yang kompetitif, sistem kerja yang terorganisir, telah menjadi daya tarik utama bagi para pengguna ojek. Selain itu, ojek online juga menawarkan keamanan dan perlindungan bagi pengemudi dan penumpang.

Di sisi lain, keberadaan ojek pangkalan jumlahnya semakin sedikit. Meskipun demikian, kehadiran ojek pangkalan secara fisik masih dapat diandalkan. Beberapa di antara mereka bahkan memiliki keterikatan emosional dengan komunitas lokal.

Baca juga: Pesona Kereta Cepat Whoosh: Liburan Akhir Pekan yang Menakjubkan

Tantangan dan Kesulitan

Pengemudi ojek pangkalan di Jakarta menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan pelanggan mereka. Mereka tidak memiliki akses ke teknologi yang sama dengan pengemudi ojek online. Akibatnya, mereka sulit untuk bersaing dalam hal kenyamanan dan efisiensi.

Ilustrasi Ojek Pangkalan. (Sumber: https://nusantara.medcom.id/jawa-tengah/peristiwa/PNgl7V7b-tukang-ojek-konvensional-was-was)
Ilustrasi Ojek Pangkalan. (Sumber: https://nusantara.medcom.id/jawa-tengah/peristiwa/PNgl7V7b-tukang-ojek-konvensional-was-was)

Ojek online menawarkan kemudahan dalam pemesanan dan tarif yang sering kali lebih kompetitif, sehingga banyak penumpang beralih dari ojek pangkalan ke ojek online.

Ojek pangkalan mengalami penurunan jumlah penumpang secara signifikan. Kondisi ini berdampak langsung pada penghasilan para pengemudinya. Akibatnya, tidak sedikit pengemudi merasa frustrasi karena mereka merasa sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Persaingan antara ojek online dan ojek pangkalan memicu konflik sosial. Pengemudi ojek pangkalan merasa terancam oleh kehadiran ojek online yang mengambil alih pelanggan mereka.

Tidak jarang konflik ini berujung pada tindakan kekerasan atau intimidasi antara kedua belah pihak. Penumpang terpaksa harus memilik ojek online pada titik jemput yang berbeda karena masalah keamanan. Kondisi ini justru menciptakan masalah baru, yaitu suasana yang tidak aman baik bagi pengemudi maupun penumpang.

Ojek pangkalan memiliki cakupan wilayah yang terbatas pada area tertentu. Mereka tidak dapat mengambil penumpang dari luar wilayah tersebut.

Hal ini tentu membatasi peluang mereka untuk mendapatkan penumpang baru. Persoalan ini tentu tidak dialami oleh ojek online yang bisa beroperasi di mana saja.

Tidak banyak pengemudi ojek pangkalan beralih ke ojek online. Sebagian persoalan yang dihadapi adalah kepemilikan kendaraan yang tidak memadai. Usia kendaraan yang sudah cukup lama, dan kemampuan finansial yang terbatas untuk meremajakan kendaraannya.

Baca juga: Energi Terbarukan, Harapan Baru di Tengah Krisis Energi Global?

Solusi yang Ditawarkan

Ojek pangkalan di Jakarta dapat meningkatkan efisiensi dalam mencari penumpang melalui beberapa strategi yang adaptif dan inovatif. Misalnya memperpanjang jam operasional untuk menjangkau lebih banyak penumpang, terutama di malam hari atau saat jam sibuk.

Membangun jaringan yang lebih luas dengan cara membagikan nomor kontak dan akun media sosial kepada penumpang dapat meningkatkan peluang mendapatkan pelanggan tetap.

Pengemudi juga dapat menggunakan metode pemasaran antar pelanggan untuk menarik lebih banyak penumpang. Dengan cara ini, mereka mendapat peluang penumpang yang stabil dan mengatasi masa-masa sepi di pangkalan.

Walaupun ojek pangkalan biasanya menggunakan metode tradisional, mereka dapat mulai mengadopsi teknologi dengan menawarkan pemesanan melalui SMS atau aplikasi WhatsApp.

Untuk tetap bersaing dengan ojek online, pengemudi ojek pangkalan perlu menyesuaikan tarif mereka agar lebih kompetitif. Dengan melakukan survei pasar dan memahami tarif ojek online, pengemudi ojek pangkalan bisa menetapkan harga yang menarik bagi penumpang tanpa mengorbankan pendapatan mereka.

Memberikan pelayanan yang ramah dan profesional dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. Pengemudi harus berusaha untuk memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi penumpang agar mereka ingin kembali menggunakan layanan ojek pangkalan. Misalnya, kebersihan kendaraan dan sikap sopan santun pngemudi.Ti

dak ada salahnya meminta pendapat dari pelanggan mengenai pengalaman mereka menggunakan layanan ojek pangkalan. Hal ini penting, agar pengemudi ojek pangkalan dapat memperbaiki kualitas layanan mereka.

Refleksi

Dilema antara keberadaan ojek online dan ojek pangkalan mencerminkan perubahan sosial dan ekonomi yang lebih luas di Jakarta. Masyarakat semakin mengandalkan teknologi untuk memenuhi kebutuhan transportasi mereka.

Hal ini tentu tidak boleh mengabaikan keberadaan komunitas lokal yang telah lama ada. Keseimbangan antara inovasi teknologi dan dukungan terhadap layanan tradisional sangat penting untuk menciptakan ekosistem transportasi yang berkelanjutan.***

Baca juga: Restorasi Lingkungan Hidup Melalui Pengelolaan Limbah Rumah

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun