Baca juga:Â Pesona Kereta Cepat Whoosh: Liburan Akhir Pekan yang Menakjubkan
Tantangan dan Kesulitan
Pengemudi ojek pangkalan di Jakarta menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan pelanggan mereka. Mereka tidak memiliki akses ke teknologi yang sama dengan pengemudi ojek online. Akibatnya, mereka sulit untuk bersaing dalam hal kenyamanan dan efisiensi.
Ojek online menawarkan kemudahan dalam pemesanan dan tarif yang sering kali lebih kompetitif, sehingga banyak penumpang beralih dari ojek pangkalan ke ojek online.
Ojek pangkalan mengalami penurunan jumlah penumpang secara signifikan. Kondisi ini berdampak langsung pada penghasilan para pengemudinya. Akibatnya, tidak sedikit pengemudi merasa frustrasi karena mereka merasa sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Persaingan antara ojek online dan ojek pangkalan memicu konflik sosial. Pengemudi ojek pangkalan merasa terancam oleh kehadiran ojek online yang mengambil alih pelanggan mereka.
Tidak jarang konflik ini berujung pada tindakan kekerasan atau intimidasi antara kedua belah pihak. Penumpang terpaksa harus memilik ojek online pada titik jemput yang berbeda karena masalah keamanan. Kondisi ini justru menciptakan masalah baru, yaitu suasana yang tidak aman baik bagi pengemudi maupun penumpang.
Ojek pangkalan memiliki cakupan wilayah yang terbatas pada area tertentu. Mereka tidak dapat mengambil penumpang dari luar wilayah tersebut.
Hal ini tentu membatasi peluang mereka untuk mendapatkan penumpang baru. Persoalan ini tentu tidak dialami oleh ojek online yang bisa beroperasi di mana saja.
Tidak banyak pengemudi ojek pangkalan beralih ke ojek online. Sebagian persoalan yang dihadapi adalah kepemilikan kendaraan yang tidak memadai. Usia kendaraan yang sudah cukup lama, dan kemampuan finansial yang terbatas untuk meremajakan kendaraannya.