Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Libur Sekolah Selama Puasa: Antara Momen Spiritual dan Ancaman Akademis

13 Januari 2025   23:21 Diperbarui: 19 Januari 2025   21:24 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa SD. Kementerian Agama (Kemenag) telah memberikan kabar terbaru terkait kebijakan libur sekolah selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan 2025(Shutterstock/Odua Image)

Bulan Ramadhan merupakan bulan suci bagi umat Muslim di seluruh dunia, di mana mereka menjalankan ibadah puasa dan meningkatkan kualitas spiritual.

Ketika masih kecil dulu, momen libur sekolah di awal puasa dan menjelang berakhirnya puasa, merupakan masa-masa yang menyenangkan. Bagaimana tidak, libur sekolah bisa digunakan untuk bangun siang dan bermain bersama teman-teman meski terbatas.

Latar Belakang

Di Indonesia, wacana untuk memberikan libur sekolah selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan mulai mengemuka. Ide ini muncul sebagai upaya untuk memberikan kesempatan kepada siswa dan guru untuk lebih fokus dalam menjalankan ibadah serta mempererat tali silaturahmi dengan keluarga.

Namun, wacana ini juga menimbulkan berbagai pendapat dan pertimbangan dari berbagai pihak. Berbagai tanggapan muncul sebagai respon atas wacana libur tersebut.

Baca juga: Andragogi-Membangun Motivasi Intrinsik Pembelajar Orang Dewasa

Manfaat yang Dapat Diperoleh

Gambar ilustrasi libur. (Sumber: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7202916/berapa-lama-libur-awal-puasa-2024-untuk-anak-sekolah-catat-tanggalnya)
Gambar ilustrasi libur. (Sumber: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7202916/berapa-lama-libur-awal-puasa-2024-untuk-anak-sekolah-catat-tanggalnya)

Berbagai pendapat individu tentang ide libur sekolah di masa puasa ini. Ada yang setuju dan ada yang tidak setuju. Mereka yang setuju dengan wacana ini mengatakan bahwa ada manfaat yang diperoleh jika sekolah libur selama masa puasa. 

Baik siswa maupun guru dapat fokus untuk fokus menjalankan ibadah puasa dan kegiatan keagamaan lainnya dengan tenang. Mereka berkesempatan untuk meningkatkan pemahaman agama dengan lebih leluasa.

Libur panjang memberi peluang besar bagi siswa untuk menghabiskan waktu lebih banyak dengan keluarga, memperkuat relasi keluarga, dan melakukan kegiatan positif lainnya.

Dengan tidak adanya beban tugas dari sekolah, siswa dapat mengurangi risiko dan tingkat stres yang sering kali muncul selama kegiatan belajar mengajar.

Kerugian yang Mungkin Muncul

Libur yang terlalu panjang dapat menyebabkan siswa kehilangan momentum pembelajaran. Materi pelajaran yang seharusnya bisa diajarkan, berpeluang besar untuk tertinggal. Hal ini tentu akan berdampak besar bagi tinggi rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

Bagi sekolah, libur panjang akan beresiko pada penjadwalan ujian dan evaluasi belajar. Kondisi ini dapat mengganggu sistem pendidikan secara keseluruhan.

Selain itu, faktor ketidaksetaraan akses pada sumber belajar perlu diperhatikan. Tidak semua siswa di Indonesia memiliki akses yang sama terhadap sumber belajar, khususnya di rumah. Kondisi ini berpotensi menimbulkan risiko ketimpangan dalam pendidikan.

Baca juga: Slow Living, Dilema Praktis Kebutuhan dan Ketenangan Hidup

Dampak bagi Kualitas Pendidikan

Dampak libur sekolah selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan dapat bervariasi bagi siswa dan guru. Bagi siswa, ada potensi peningkatan spiritualitas dan kedekatan dengan keluarga, namun ada juga risiko kehilangan pengetahuan akademis.

Bagi guru, libur panjang ini bisa menjadi kesempatan untuk beristirahat dari rutinitas mengajar, tetapi juga bisa menjadi tantangan dalam merencanakan kurikulum dan evaluasi pembelajaran setelah libur berakhir.

Tantangan

Salah satu tantangan utama dari wacana ini adalah bagaimana menyeimbangkan antara kebutuhan spiritual siswa dengan kebutuhan akademis mereka.

Bagi para orangtua, hal ini dapat menimbulkan persoalan baru. Pengawasan terhadap aktivitas anak di rumah akan menjadi pekerjaan rumah yang serius.Hal ini terutama berkaitan dengan manajemen waktu sepanjang hari selama sebulan.

Selain itu, ada tantangan bagi guru atau sekolah dalam hal penyesuaian kurikulum yang harus dilakukan agar tidak mengganggu proses belajar mengajar setelah libur berakhir.

Regulasi yang benar-benar tepat sangat dibutuhkan dalam memayungi wacana ini. Jika ide ini benar-benar akan terlaksana, perlu ada komunikasi yang baik antara pihak sekolah, orang tua, dan siswa untuk memastikan bahwa semua pihak memahami tujuan dari libur tersebut.

Baca juga: Si Sulung, Penjaga Tradisi Keluarga dan Ekspektasi Tanggung Jawab

Refleksi

Wacana libur sekolah selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan memerlukan pertimbangan yang matang dari berbagai aspek. Penting untuk mengevaluasi keuntungan dan kerugian secara objektif serta mempertimbangkan dampaknya terhadap kualitas pendidikan.

Dalam refleksi ini, kita perlu bertanya: Apakah kita siap untuk menghadapi konsekuensi dari keputusan tersebut? Bagaimana kita dapat memaksimalkan manfaat dari libur ini tanpa mengorbankan aspek pendidikan siswa itu sendiri?***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun