Melalui gaya hidup ini, kesadaran diri individu terdorong untuk hidup lebih sadar, menghargai setiap momen, dan tidak hanya menjalani hidup secara otomatis.
Gaya hidup slow living diyakini juga dapat berkontribusi pada kesehatan mental yang lebih baik dengan memberikan waktu untuk berefleksi dan memulihkan diri dari kehidupan sehari-hari yang serba sibuk.
Baca juga:Â Generasi Sandwich: Tantangan Ganda di Era Modern
Bagaimana Memulai Slow Living
Beberapa teman yang menjalani gaya hidup ini mengatakan bahwa menjalani gaya hidup slow living tidaklah sulit. Mereka mengurangi aktivitas yang berlebihan. Satu atau dua kegiatannya yang tidak perlu dihilangkan sehingga dapat fokus pada hal yang benar-benar penting.
Mereka berusaha meluangkan waktu untuk dirinya dengan cara menyisihkan waktu untuk melakukan hal-hal disukai, seperti membaca, berjalan-jalan di alam, atau sekadar bersantai tanpa gangguan teknologi.
Ada yang mengusulkan juga untuk mempraktikkan teknik "mindfulness" yaitu gerakan meditasi untuk membantu perasaan tenang dan menikmati setiap momen yang sedang dilalui. Berinteraksi dengan alam dan kesunyian untuk menenangkan pikiran.
Kota Favorit Slow Living
Di Indonesia, ada beberapa kota yang cocok untuk menjalani gaya hidup slow living. Misalnya: Malang, Salatiga, Ubud, dan Magelang. Tapi,akan membutuhkan usaha lebih untuk dapat tinggal dan menjalani gaya hidup ini di situ.
Beberapa tahun yang lalu, tempat tinggal saya di pinggiran kota Jakarta, rasanya cocok untuk menjalani gaya hidup seperti ini. Tapi sayangnya, saat itu, hidup saya justru sedang sibuk-sibuknya menguatkan ekonomi keluarga.