Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Generasi Sandwich: Tantangan Ganda di Era Modern

6 Desember 2024   01:00 Diperbarui: 7 Desember 2024   16:00 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam obrolan bersama anak-anak yang sudah beranjak remaja dan dewasa, muncul pertanyaan menggelitik: Kalau aku jadi seperti generasi sandwich, menurut papa/mama, aku akan gimana ya?

Pertanyaan anak-anak ini sebenarnya ingin memancing reaksi orangtua berkaitan dengan maraknya konten di media sosial tentang para sandwich generation yang berbagi kisah hidupnya. Ada yang mengeluh, namun ada juga yang saling menguatkan.

Tulisan ini akan membahas secara ringkas tentang fenomena sandwich generation yang sedang tren saat saat ini, apa sih sebenarnya makna dari sandwich generation itu? mengapa bisa terjadi? Lalu, bagaimana kita menyiasatinya?

Istilah Generasi Sandwich (Sandwich Generation)

Generasi sandwich merupakan istilah yang digunakan bagi kelompok orang yang terjepit antara dua generasi yaitu generasi atas dan generasi bawah.

Generasi sandwich dianalogikan seperti sandwich yang berupa tumpukan roti dengan isian di tengahnya. Roti bagian atas sebagai simbol orang tua atau mertua. Roti bagian bawah sebagai simbol anak. Sedangkan isiannya merupakan simbol dirinya sendiri.

Generasi sandwich memberikan Gambaran tentang financial position, dimana seseorang memiliki tanggung jawab ganda yaitu harus membiayai kebutuhan dirinya sendiri, orangtua dan anak-anaknya.

Istilah "generasi sandwich" dipopulerkan oleh Gail Sheehy, seorang penulis buku: Passages: Predictable Crises of Adult Life tahun 1995. Sebelumnya, pada tahun 1981, Dorothy A. Miller, seorang profesor sekaligus direktur praktikum University Kentucky, Lexington, Amerika Serikat, telah menggunakan istilah ini juga dalam bukunya, Social Work (1981).

Data Generasi Sandwich

Survei DataIndonesia.id pada 2023 yang dikutip dari Amarta.com menunjukkan bahwa sebesar 46,3% generasi Z di Indonesia menjadi generasi sandwich. Mereka bertanggung jawab untuk menghidupi diri sendiri, orang tua, dan anaknya dalam waktu yang bersamaan.

Implikasinya menurut survey ini, sebesar 73,38% generasi Z yang menjadi bagian generasi sandwich merasa khawatir terhadap masa depan dirinya. Meraka juga akan merasa bersalah jika tidak memenuhi kebutuhan keluarganya tersebut.

Data lainnya juga menunjukkan, sekitar 40% dari generasi sandwich mengalami stres dan sekitar 50% lagi merasa kesulitan untuk memiliki tabungan pribadi atau membiayai pernikahannya.

Baca juga: Etika Hidup Bertetangga, Upaya Membangun Komunitas Inklusif yang Harmonis

 Kategori Generasi Sandwich

Seorang ahli perawatan lansia dan penuaan, Carol Abaya, mengelompokkan generasi sandwich menjadi tiga bagian.
Pertama, generasi sandwich kelompok tradisional. Generasi ini berada pada rentang usia 40 hingga 50 tahun. Mereka bertanggungjawab pada orang tuanya yang  telah tua, sekaligus merawat dan mencukupi kebutuhan anaknya dimasa perkembangannya.

Kedua, generasi sandwich klub. Generasi ini berada pada rentang usia 30 hingga 60 tahun. Mereka bertanggungjawab untuk merawat anaknya, orang tuanya, cucu, dan kakek-neneknya.

Ketiga, generasi sandwich wajah terbuka.  Bagian ini tidak memiliki batasan usia, namun  meliputi orang yang belum menikah, dan orang yang sudah menikah tetapi belum mempunyai anak. Mereka bertanggung jawab untuk menghidupi dan merawat orangtua yang sudah tua, termasuk saudara kandungnya.

Gambar ilustrasi tanggung jawab ganda generasi sandwich. (Sumber: lpmprogress.com)
Gambar ilustrasi tanggung jawab ganda generasi sandwich. (Sumber: lpmprogress.com)

Penyebab Adanya Generasi Sandwich

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab terbentuknya generasi sandwich, mulai dari kurangnya literasi keuangan yang mempengaruhi kondisi keuangan keluarga hingga masalah internal keluarga.

Pemicu pertama terbentuknya generasi sandwich, salah satunya disebabkan oleh ketidakmampuan keuangan. Contohnya: Cadangan atau simpanan hari tua yang tidak ada. Hal ini mengakibatkan orangtua yang sudah tidak produktif harus bergantung kepada anaknya.

Ketiadaan cadangan dana hari tua dapat disebabkan perilaku di masa muda dan ketidakmampuan mengelola keuangan.
Cara pandang (mind set) yang tidak tepat yang menganggap biasa bahwa seseorang  harus bekerja keras menghidupi keluarganya. Mind set demikian kemudian diteruskan kepada generasi berikutnya.

Untuk memutus mata rantai demikian, seseorang harus memperkuat kemampuan keuangannya agar tidak merepotkan anak-anaknya kelak.

Penyebab lainnya adalah gaya hidup konsumtif, yaitu dorongan untuk membeli keinginan daripada memenuhi kebutuhannya.
Penyebab lainnya adalah kondisi lingkungan di masa lalu juga turut mempengaruhi. Kondisi ini bagai efek domino, dimana seseorang menjadi tidak bekerja, sulit mendapatkan pekerjaan karena berbagai hal, dan lain-lain, kemudian terulang kembali pada generasi berikutnya.

Solusi Generasi Sandwich

Untuk memutus rantai generasi sandwich,  beberapa upaya dapat diusulkan untuk dilakukan. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mendapatkan pengetahuan tentang literasi keuangan. Seseorang perlu belajar bijak untuk mengelola keuangannya.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah merencanakan Tabungan yang jelas. Contohnya: tabungan hari tua, tabungan pendidikan, tabungan darurat, dan lain-lain.

Memiliki sumber penghasilan lebih dari satu sumber terdengar mudah diucapkan. Namun, semakin besar pengeluaran, Upaya mencari sumber penghasilan lain patut diupayakan.

Di masa sekarang, merencanakan proteksi kesehatan sangat perlu dilakukan. Sakit dan penyakit seringkali datang tanpa diundang. Selain itu, tidak ada kesiapan atas dana kesehatan.

Saat ini, rumah sudah menjadi kebutuhan mendasar. Oleh karena itu, persiapan rumah untuk hari tua sebaiknya menjadi perhatian serius.

Insight

Generasi sandwich seringkali mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan finansial mereka sendiri. Untuk mengatasi kondisi ini, generasi sandwich perlu: mengatur anggaran dengan bijak, melakukan investasi yang tepat, mengelola utang dengan cermat, menyusun dana darurat, mengajarkan anak-anaknya tentang pentingnya mengatur keuangan.

Dengan memahami dinamika generasi sandwich dan menerapkan solusi yang tepat, individu dapat lebih baik dalam mengelola tanggung jawab mereka serta menciptakan kondisi kehidupan yang lebih seimbang dan sehat bagi diri sendiri serta keluarga mereka.***

Baca juga:  Menggali Makna Tangan Kanan dalam Etika Sosial Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun